BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
tidak dapat membuat unsur atau elemen yodium dalam tubuhnya sendiri, tetapi
harus mendapatkannya dari luar tubuh secara alamiah melalui serapan
yodium yang terkandung dalam makanan serta minuman yang dikomsumsinya, oleh karena itu yodium termasuk dalam mikronutrien
yang penting, meski kebutuhan yodium dalam tubuh sebenarnya sedikit namun
apabiala komsumsinya tidak terpenuhi maka akan terjadi banyak gangguan yang
mengancam kesehatan manusia.
Kekurangan
yodium yang disebut GAKY (gangguan akibat kekurangan Yodium) hal ini merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain
berupa pembesaran kelenjar gondok dan
hipotiroidi,
GAKY juga
merupakan masalah gizi yang
menjadi faktor penghambat
pembangunan sumber daya manusia
karena dapat menyebab kan terganggunya perkembangan mental
dan kecerdasan terutama pada anak-anak.
Kekurangan
yodium dalam tubuh manusia berkaitan
dengan kandungan yodium dalam tanah. Suatu wilayah menjadi kekurangan
yodium disebabkan lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium sudah
tidak ada, keadaan yang demikian menyebabkan hasil pangan dan air di daerah
tersebut mempunyai kandungan yodium yang rendah, daerah yang mempunyai
karakteristik seperti itu disebut sebagai daerah endemis GAKY.
Angka
prevalensi yang masih tinggi mengakibatkan pentingnya penelitian dan pemantauan yang lebih mendalam
terhadap masalah ini.
Sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan penanggulangannya secara tepat dan
menurunkan angka prevalensi GAKI di wilayah Indonesia.
B.
Tujuan
a. Tujuan
Umum
Praktikum ini bertujuan
agar mahasiswa dapat mengetahui secara langsung penderita GAKY di Balai
Penelitian dan Pengembangan GAKY yang berada di magelang.
b. Tujuan
Khusus
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui. Permasalahan GAKY yang meliputi klasifikasi, faktor resiko
terjadinya GAKY seperti faktor genetik, ekonomi, lingkungan, pengetahuan dan
perilaku komsumsi makanan yang mengandung yodium dan makanan yang mengandung
zat goitrogenik, serta cara mendiagnosis, pencegahan dan cara penanganannya di
BP2 GAKY.
C.
Manfaat
a.
Bagi masyarakat:
Menambah
pengetahuan masyarakat mengenai GAKY, sehingga mereka dapat lebih memahami
pentingnya yodium bagi kesehatan dan menggunakan garam beryodium untuk memasak.
Hal tersebut dapat mengurangi angka prevalensi GAKY di masyarakat
b.
Bagi mahasiswa:
Melalui
praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui permasalahan GAKY yang ada di
masyarakat,,faktor risiko, pencegahan dan cara penanggulangannya. Sehingga
dapat ikut berpartisipasi untuk meminimalkan masalah GAKY yang ada di
masyarakat.
c.
Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat:
Meningkatnya pengetahuan mahasiswa
mengenai GAKY akan memberi kesempatan mahsiswa untuk terjun ke lapangan dengan
pengetahuan yang mencukupi ,sehingga mahasiswa dapat membantu jurusan kesehatan
masyarakat dalam melakukan pengabdian pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Yodium
Yodium adalah bahan baku
pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan tempat pembuatannya adalah di dalam
kelenjar tiroid. Produksi Triiodotironine (T3) tergantung dari hormon
tiroksin (T4). Pada kondisi defisiensi Yodium, Hyphothalamus akan
merangsang produksi TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menstimulasi kelenjar
tiroid memproduksi hormon T1, T2, T3, T4. Tiroid
beradaptasi pada saat defisiensi yodium tergantung
fleksibilitas kelenjar tiroid pada setiap tahap metabolisme yodium dan pada kemampuan
untuk meningkatkan efisiensi melalui stimulasi TSH. Besar variasi respon
antar individu diukur dengan prevalensi gondok dan konsekuensi-konsekuensi
lainnya (J. T. Dunn, 1996).
Yodide adalah elektron tunggal
negatif sebagai komponen hormon tiroid pada mamalia. Hormon-hormon ini
dibutuhkan selama pertumbuhan embrio dan untuk mengatur metabolisme rate dan memproduksi
panas seumur hidup ( Tom Brody, 1994).
Yodium terdapat dalam makanan
dalam bentuk yodide, yang secara umum berikatan dengan asam amino. Yodide diserap
usus dengan cepat dan diasimilasi oleh kelenjar Tiroid untuk digunakan dalam
produksi hormon Tiroid. Yodium merupakan bagian dari asam amino sebagai
tyrosine yang tidak banyak disera ( Tom Brody, 1994).
B.
Pangan
Sumber Yodium
Yodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan
kandungannya berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan.
Kandungan yodium pada buah dan sayur tergantung pada
jenis tanah. Kandungan yodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung
pada kandungan yodium pada pakan ternaknya.
Pangan asal laut merupakan sumber yodium alamiah. Sumber lain yodium adalah
garam dan air yang difortifikasi. (Picauly, 2002).
Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan
mengkonsumsi pangan yang kaya yodium dapat menekan atau bahkan mengurangi
besarnya prevalensi gondok. Rata-rata kandungan yodium dalam bahan
makanan antara lain : ikan tawar 30 mg, ikan laut 832 mg, kerang 798
mg, daging 50 mg, susu 47 mg, telur 93 mg, gandum 47 mg, buah-buahan 18 mg,
kacang-kacangan 30 mg dan sayuran 29 mg.
C.
Kebutuhan
Yodium
Menurut Picauly (2002),
dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 – 150
mg perhari. yodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g
kreatinin. Kecukupan yodium yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Kisaran umur
|
dosis
|
0 – 12 bulan
1-6 tahun
7-12 tahun
12-dewasa
Hamil
menyusui
|
50
90
120
150
200
200
|
Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan
tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid
dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya
perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi yodium tidak mencukupi
kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan
perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca
lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi dilahirkan
mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak
serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami
gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami
penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang
dikenal dengan sebutan gondok (Picauly, 2002).
D.
GAKY
Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang
ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus –menerus
dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan yodium
yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya,
meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli
dan gangguan mental akibat kretinisme.
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada
umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan
yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari
tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium rendah.Masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius
mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas
manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak
defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
a. Faktor Penyebab GAKY
- Faktor defisiensi yodium
Defisiensi
iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena
kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur
iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
- Faktor Geografis
Menurut Djokomoeldjanto
(1994), bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu
daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan
seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering
dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur
Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah
lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya
merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam
jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi
iodium atau daerah endemik yodium.
- Faktor Bahan Pangan
Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya
gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya
adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1994).
Goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak
berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme
mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang
dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga
konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik
dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik
sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Picauly, 2002).
Menurut Picauly (2002), goitrogen alami ada dalam
jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung,
rebung, daun ketela, kecipir, dan terung), kelompok Mimosin (pete cina dan
lamtoro), kelompok Isothiosianat (daun
pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka).
- Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai
tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi
hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh
protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga
defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH
maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun (Djokomoeldjanto, 1994).
b. Spektrum GAKY
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY)
disebabkan kekurangan
yodium pada
saat tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam
berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental,
gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Ibu
hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai risiko abortus dan kematian bayi
(Supariasa, dkk, 2002). Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium yaitu
sebagai berikut :
Kretin endemik merupakan akibat defisiensi yodium
berat pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Prevalensinya
GAKY di daerah defisiensi yodium derajat berat berkisar antara 1-15 %. Kretin
endemik umumnya lahir pada daerah defisiensi yodium sangat berat dengan median UIE kurang
dari 20 ug/l (Hetzel,1996)
c. Parameter pengukuran status GAKY
1. TGR (Total Goiter Rate)
Total goiter rate atau gondok dapat diukur dengan cara
palpasi.Pengukuran masa tiroid dengan palpasi adalah metode standar untuk
menilai prevalensi GAKY. Ukuran tiroid lebih tepat pada penilain dasar berat
ringannya GAKY dan juga berperan dalam penilaian dampak jangka panjang dari
pemantaun program (WHO,2001).
Keuntungan metode Palpasi adalah tidak membutuhkan
biaya mahal dan relatif mudah dilakukan oleh orang yang sudah di training dan
tidak bersifat invasif. Klasifikasi grade palpasi gondok adalah sebagai berikut
:
2. Yodium
urin
Sebagian besar yodium yang diserap tubuh dapat dilihat
di urin karena eksresi yodium urin menggambarkan asupan yodium harian. Secara
individu eskresi yodium dapat berubah tergantung konsumsi makanan setiap hari. Studi
menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi hari atau sewaktu
pada anak atau orang dewasa merupakan penilaian adekuat nutrisi yodium pada
populasi. (WHO, 2001).
3. Ultrasonografi
Metode ini aman tidak bersifat invasif. Hasil
pemeriksaan sangat signifikan dibandingkan TGR dalam memonitor program kontrol
yodium dimana volume Thyroid diharapkan mengecil. Di masa mendatang
Ultrsonografi dipertimbangkan untuk digunakan secara luas untuk menilai GAKY
(IDD) Berat alat antara 12-15 kg dengan panjang gelombang 7,5 MHz dan harga
sekitar $ 15.000. Membutuhkan listrik dan operator terlatih. (WHO, 2001).
4.
Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon
konsentrasi dari kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah,
menurun bila T4 meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4
dalam darah dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada
populasi umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi Meskipun pemeriksaan nilai
TSH cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan
secara rutin sebagai data survey (WHO, 2001)
TSH pada bayi adalah indikator yang baik untuk kondisi
defisiensi yodium. Kadar homon tiroid pada bayi mengandung yodium lebih rendah
dibandingkan dengan orang dewasa ini karena pertukaran yodium yang tinggi.
Pertukaran tinggi bukanlah hal yang berlebihan pada keadaan defisiensi yodium,
sebab terjadi peningkatan stimulasi tiroid oleh TSH. Penyebab TSH meningkat
pada bayi dengan keadaan defisiensi yodium adalah fenomena yang disebut Transient
Hypertyrotopinemia.
d. Penanggulangan GAKY
Penanggulangan defisiensi yodium telah dilakukan
selama lebih dari 85 tahun yang lalu. Dimulai di Switzerland pada tahun 1921
dan di AS pada tahun 1924, hampir semua industri garam nasional diperintahkan
untuk menambahkan yodium. Di India efektifitas program garam beryodium
didemonstrasikan pada tahun 1950 pada studi Landmark oleh Vulimiri
Ramalinyaswami.
Ketika penanggulangan garam beryodium mulai diterima
pada tahun 1980 agensi Internasional seperti UNICEF mulai menekankan pemakaian
garam beryodium disemua rumah tangga di seluruh dunia .
WHO (1993) menyatakan bahwa program pengendalian defisiensi
yodium adalah fortifikasi garam dengan potassium iodate dan pemberian suplemen
dengan kapsul minyak beryodium. Pemakaian garam beryodium diperuntukkan bagi
semua lapisan masyarakat dan program kapsul minyak beryodium diperuntukkan pada
kelompok yang spesifik seperti anak-anak dan ibu nifas (Mus Joko R,2003).
Penanggulangan
GAKY di Indonesia secara nasional dimulai pada tahun 1974 melalui program:
1. Strategi
jangka panjang dengan pemberian garam beryodium
(40 ppm).
2. Strategi
jangka pendek dengan pemberian suntikan lipiodol setiap
4 tahun di
daerah endemik berat dan sedang. Pada tahun 1992
sampai
sekarang dilakukan distribusi kapsul minyak beryodium
(kapsul
lipiodol) sebagai ganti suntikan lipiodol (Soeharyo, dkk).
Prioritas pemilihan wilayah penanggulangan GAKY
seperti berikut :
Kapsul minyak beryodium diberikan satu kali setahun
dengan kandungan 200 mg yodium. Kadar yodium dalam garam yang diperbolehkan
dikonsumsi adalah 30 - 80 ppm. Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY
(IP-GAKY) telah dilaksanakan dengan bantuan Bank Dunia sejak tahun 1997-2003 untuk
mempercepat penurunan prevalensi GAKY melalui pencapaian konsumsi garam
beryodium untuk semua (Universal Salt Iodization).
Program yang dilaksanakan:
1. Pemantauan status yodium masyarakat
2. Peningkatan konsumsi garam beryodium
3. Peningkatan pasokan garam beryodium
4. Distribusi kapsul minyak beryodium pada sasaran
tepat
BAB III
METODE
PELAKSANAAN
A.
Waktu dan
Tempat
Waktu
Praktikum ini dilakukan
pada hari kamis- jum’at tanggal 19-20 Mei 2011.
Tempat
Praktikum
ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI,
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang.
B.
Cara
Pengambilan Data
Data
diambil dari responden melalui wawancara langsung terhadap responden yang
sedang memeriksakan diri untuk pertama kalinya di Balai Penelitian dan
Pengembangan GAKI, sebagian data lain juga didapatkan dari Ayah responden yang
saat itu menemani responden memeriksakan diri.Sedangkan data penunjang lain dan
penjelasan mengenai status kesehatan responden didapat dari keterangan dokter
yang memeriksa responden serta dari petugas-petugas lain di Balai Penelitian
dan Pengembangan GAKI. Sedangkan data yang berupa dokumentasi diperoleh dari
dokumen atau catatan pengunjung yang disebut rekam medik pasien di Balai
pengobatan GAKY.
C.
Analisis
Data
Proses analisis data dimulai
dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah
maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi
data yang dilakukan dengan membuat rangkuman Langkah selanjutnya adalah
penafsiran data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Melalui
wawancara langsung dengan responden dan ayah responden diperoleh hasil sebagai
berikut:
Nama : Anis Utami
Alamat : Kelayaran, Sidoagung,
Tempuran, Magelang
Umur : 17 tahun
Berat
badan : 50 kg
Tinggi
badan : 163 cm
Anak
ke-2 dari 2 bersaudara
Anggota keluarga lainnya
No
|
Nama
|
Status
|
L/P
|
Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
1.
|
Sawawi
|
Ayah
|
L
|
50
tahun
|
SMP
|
Pedagang
|
2.
|
Sumiati
|
Ibu
|
P
|
45
tahun
|
SMP
|
Pedagang
|
3.
|
Sigit
Utomo
|
kakak
|
L
|
25
tahun
|
STM
|
Satpam
|
- Pengeluaran
pangan :Rp.600.000,-
- Pengeluaran
non pangan :Rp.450.000,-
- Total :Rp.1.050.000,-
·
Hasil palpasi :
·
Grade : 2
·
Tanda fisik : Ada benjolan dan tyroid teraba
·
Keluhan awal : munculnya benjolan
·
Hasil tes urin dan tes darah: Karena
responden baru pertama kali memeriksakan diri sehingga belum melakukan tes darah maupun tes urin maka tidak
ada hasil yang dapat diketahui
·
Status kesehatan : Responden tidak
mempunyai penyakit lain selain GAKI
·
Riwayat keluarga : responden tidak
memiliki keluarga lain dengan gangguan GAKY, mengalami lahir mati,cacat bawaan,keguguran,
keterbelakangan mental ataupun kretin.
·
Pengetahuan responden tentang GAKY :
Responden
tidak mengetahui tentang GAKY, tanda-tanda, maupun penyebabnya,responden
memakai garam beryodium dan tahu cara menyimpan garam yang benar, namun responden
tidak mengatahui manfaat dari garam beryodium dan berapa penambahan yodium yang
baik dalam garam, responden juga tidak mengetahui tentang zat goitrogenik serta
bahan makanan yang mengandung zat tersebut dan juga tidak mengetahui cara
penanganan yang tepat untuk mengatasi GAKY.
·
Konsumsi makanan kaya yodium :
Responden
biasanya mengkonsumsi bahan makanan kaya iodium dengan rincian sebagai berikut
:
Ikan tawar 2 kali/minggu
Telur 1 kali/hari
Daging 1 kali/hari
Konsumsi
makanan yang mengandung zat goitrogenik :
Responden
biasanya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat goitrogenik dengan
rincian sebagai berikut :
Kubis/kol 2 kali/minggu
Sawi 2 kali/minggu
Daun
singkong 2 kali/minggu
Kacang tanah 4 kali/minggu
Buncis 2
kali/minggu
B.
Pembahasan
Langkah-langkah
penanganan penderita GAKI di BP2 GAKI adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan
Dokter
Diagnosis
dan pemeriksaan yang dilakukan dokter berdasarkan
pada
index score Wayne,
responden diberi pertanyaan mengenai
gejala
yang baru timbul dan atau bertambah berat serta tanda-tandanya.
Hasil
score wayne pada responden yaitu
·
Gejala
Skor
untuk gejala yaitu 0 karena tidak ditemukan adanya gejala yang ada
·
Tanda
Tiroid teraba +3
Bising tiroid -2
Hiperkinetik -2
Tremor jari +1
Tangan panas -2
Tangan basah -1
Jumlah
skor -3
Dari
hasil tersebut maka dapat diperkirakan pasien menderita hipotiroid, pada pasien
terdapat benjolan di leher dan tremor jari yang merupakan salah satu tanda dari
hipotiroid, selain itu pasien juga tinggal di daerah endemik GAKY dan sering
mengkomsumsi makanan-makanan yang mengandung zat goitrogenik, namun hal
tersebut belum merupakan hasil akhir, perlu dilakukan tes laboratorium untuk
memastikan perkiraan tersebut.
2. Laboratorium
Setelah
responden di diagnosis oleh dokter dengan menggunakan indeks wayne selanjutnya
dirujuk ke laboratorium untuk dilakukan tes darah dan urin agar dapat diketahui
secara valid status kesehatannya.
Laboratorium
Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI di bagi menjadi dua laboratorium yaitu
laboratorium untuk test darah dan urine serta laboratorium garam. Pada test
darah dilakukan pemeriksaan serum sehingga dapat diketahui tingkat sekresi
hormon T4, T3, TSH, TPO, FT3, FT4 dan Antiglobulin yang mempengaruhi kerja
kelenjar tiroid. Untuk pemeriksaan klinis biasanya lebih terfokus pada nilai
TSH dan T4. Hormon T4 memiliki sistem kerja yang berlawanan dengan hormon TSH.
Nilai TSH normal adalah 0,3-6,2. Apabila nilai TSH < 30 maka orang tersebut
menderita hipotyroid sedangkan apabila nilai TSH dalam darah < 6,2 maka
orang tersebut menderita hipertyroid.
Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan test laboratorium diantaranya adalah dry bag,
spektrofotometri, mikropeptida dan ELISA reader. Air yang biasa digunakan untuk
berbagai pemeriksaan adalah akuades bebas ion, hal ini disebabkan agar bahan
yang akan di test tidak terkontaminasi senyawa lain.
Test
garam meliputi 2 aspek, yaitu pemeriksaan kualitatif dan pemeriksaan
kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif menggunakan reagent iodinat test, apabila
hasilnya berubah menjadi warna ungu maka garam tersebut memenuhi syarat,
iodinat test mudah didapatkan di apotek sehingga tes tersebut tergolong mudah
dilakukan namun hasilnya kurang valid karena penilaian warna setiap orang dapat
berbeda-beda. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif menggunakan iodiummetri dengan
reagent amilum kemudian dilakukan proses titrasi.
Test
urine dilakukan dengan metode UIE. Hasil normal adalah 100-300, apabila <100
maka didiagnosis mengalami hipotyroid sedangkan apabila >300 maka
didiagnosis mengalami hipertyroid. Namun hasil diagnosis test urine belum kuat
untuk menyatakan seseorang mengalami gangguan pada kelenjar tiroidnya karena
tes urin hanya menggambarkan komsumsi yodium dalam satu hari sebelum tes
tersebut dilakukan, tes urin hanya dilakukan untuk menggambarkan komsumsi yodium
pada populasi.
Responden
merupakan pasien baru yang baru pertama kali datang ke BP2 GAKY sehingga belum
diketahui hasil tes laboratorium dari responden karena responden baru dirujuk
untuk melakukan tes laboratorium tersebut.
3. Bagian
Psikologi Tumbuh Kembang dan Gerak Motorik Kasar
Bagian
psikologi tumbang merupakan bagian dari klinik BP2 GAKY yang menerima rujukan
klinik dari dokter, pasien yang dirujuk merupakan pasien GAKY yang mengalami
permasalahan psikologi, penanganan yang dilakukan di bagian psikologi tumbang
ini antara lain adalah pemberian konseling pada orang tua mengenai cara-cara
stimulasi yang bisa dilakukan untuk menangani anak yang memiliki permasalahan
psikologi akibat GAKY.
Bagian
gerak motorik kasar juga menerima rujukan dari dokter pasien yang dirujuk yaitu
pasien yang mengalami gangguan gerak motorik kasar, pasien yang dirujuk
mencakup pasien anak-anak dan juga dewasa, penanganan yang dilakukan yaitu
dengan alat yang menggunakan sinar laser. Dari pemeriksaan dokter yang
dilakukan pada responden diketahui bahwa responden tidak mengalami gangguan
motorik kasar serta masalah psikologi oleh karena itu responden tidak dirujuk
ke bagian psikologi tumbuh kembang dan bagian gerak motorik kasar.
Responden
merupakan satu-satunya anggota keluarga yang diduga mengalami GAKY, tidak ada
anggota keluarga lain yang mengalami gejala GAKY, cacat bawaan, keterbelakangan
mental maupun kretin. Responden datang ke klinik BP2GAKY karena muncul benjolan
pada daerah lehernya sehingga tante responden menyarankannya untuk memeriksakan
diri ke BP2GAKY.
Orang tua responden memiliki total
penghasilan sebesar Rp. 1.050.000,00 Per bulan pekerjaan orangtua responden
adalah pedagang daging sapi di pasar, sehingga responden sering mengkomsumsi
daging. Pendidikan responden adalah SMA namun pengetahuan responden mengenai
GAKY sangat buruk ia tidak mengetahui apa itu GAKY, penyebab GAKY, tanda-tanda
GAKY dan cara penanggulangan GAKY, meskipun responden memakai garam beryodium
serta tahu cara menyimpan garam beryodium yang baik namun responden tidak
mengetahui manfaat dari garam beryodium, responden juga tidak mengetahui
tentang zat goitrogenik serta makanan yag mengandung zat goitrogenik.
Responden sangat
suka mengkonsumsi kacang dan sayur-sayuran. Dan tidak menyukai ikan laut ,ikan
asin,udang, kerang, cumi rumput laut, kepiting, susu yang merupakan bahan-bahan
makanan yang banyak mengandung yodium. Padahal konsumsi yag tepat terhadap
bahan makanan yang mengandung yodium dapat mencegah seseorang menderita GAKY.
Makanan kaya yodium yang dikomsumsi responden hanya ikan tawar yang dikomsumsi
2x dalam seminggu, telur dan daging yang dikonsumsi 1x per hari. Sedangkan
makanan yang mengandung zat goitrogenik yang biasa di konsumsi responden adalah
kubis atau kol sebanyak 2 kali/minggu, sawi 2 kali/minggu, kacang tanah 4 kali/minggu,
dan daun singkong sebanyak 2 kali/minggu. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat goitrogenik dapat menghambat penyerapan yodium dalam tubuh
sehingga dapat mengakibatkan terjadi GAKI.
Dari kuisioner
pengetahuan tentang GAKY dilakukan pembobotan.
No.
|
Pertanyaan ke-
|
Jawaban
|
Skor
|
1.
|
Pertanyaan 1
|
Tidak
|
0
|
2.
|
Pertanyaan 2
|
Tidak
|
0
|
3.
|
Pertanyaan 3
|
Tidak
|
0
|
4.
|
Pertanyaan 4
|
Ya
|
1
|
5.
|
Pertanyaan 5
|
tidak
|
0
|
6.
|
Pertanyaan 6
|
Tidak
|
0
|
7.
|
Pertanyaan 7
|
Tertutup
di toples
|
1
|
8.
|
Pertanyaan 8
|
Tidak
|
0
|
9.
|
Pertanyaan 9
|
Tidak
|
0
|
10.
|
Pertanyaan 10
|
tidak
|
0
|
Catatan:
keterangan pertanyaan dapat di lihat pada lampiran hasil kuisioner
Total skor: 0-3 = pengetahuan kurang
4-6 = pengetahuan sedang
7-10
= pengetahuan baik
Hasil pembobotan mendapat
total skor 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang mengenai GAKY. Tingkat pengetahuan seseorang merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian GAKY. Seseorang dengan tingkat
pengetahuan rendah maka memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami GAKY,
sedangkan seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki risiko
kecil untuk mengalami GAKY. Karena pengetahuan responden mengenai GAKY kurang,
maka ada pengaruhnya terhadap masalah GAKY yang dialami responden.
Merujuk pada data dan pengamatan
yang dilakukan maka dapat diperkirakan responden mengalami hipotiroid, hal ini didasarkan pada tanda yang timbul
pada responden yaitu benjolan di daerah leher,selain itu responden juga tinggal
di daerah endemik serta kurang mengkomsumsi makanan yang mengandung yodium dan
lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik serta
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai GAKY, dari uraian diatas menunjukkan
bahwa responden memiliki banyak faktor resiko terjadinya GAKY sehingga dapat
diperkirakan benjolan yang dialami responden adalah tanda dari GAKY yang berupa
pembesaran kelenjar tiroid, namun hal tersebut belum dapat dipastikan karena
belum adanya diagnosis laboratorium yang mendukung.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Yodium
merupakan mikronutrien yang penting
karena tubuh tidak dapat membuatnya sendiri, apabila komsumsinya tidak
terpenuhi maka akan terjadi banyak gangguan yang mengancam kesehatan manusia,
kekurangan yodium disebut GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Kekurangan yodium dalam tubuh manusia berkaitan dengan kandungan yodium dalam tanah, daerah yang memiliki tanah dengan
kandungan yodium yang rendah di sebut dengan daerah endemik GAKY.
Yodium
adalah bahan baku pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan tempat pembuatannya
adalah di dalam kelenjar tiroid. Produksi Triiodotironine (T3) tergantung dari
hormon tiroksin (T4). Yodium
dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan Pangan asal laut merupakan sumber
yodium alamiah. Sumber lain yodium adalah garam dan air yang difortifikasi, dengan
mengkonsumsi pangan yang kaya yodium dapat menekan atau bahkan mengurangi
besarnya prevalensi GAKY. Menurut
Picauly (2002), dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar
100 – 150 mg perhari. yodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg
I/g kreatinin.Kekurangan yodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat
kretinisme.
Praktikum
yang dilakukan merupakan suatu study lapangan yang bertujuan untuk melihat
langsung permasalahan GAKY di daerah endemik, praktikum dilakukan dengan
wawancara dan pengambilan data sekunder sebagai penunjang dari petugas
kesehatan di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKY. Alur penanganan pasien
yang datang ke BP2GAKY yaitu mulai dari pasien datang kemudian diperiksa oleh
dokter, dokter dapat merujuk pasien ke laboratorium, bagian psikologi TumBang
atau ke bagian gerak motorik kasar.
Responden
merupakan pasien yang datang untuk pertama kalinya ke BP2GAKY sehingga belum
dilakukan tes laboratorium yang dapat memastikan penyebab dari benjolan yang
diduga disebabkan karena GAKY, dari hasil wawancara yang dilakukan dapat
diperkirakan responden menderita hipotiroid,
hal ini didasarkan pada tanda yang timbul pada responden yaitu benjolan
di daerah leher,selain itu responden juga tinggal di daerah endemik serta
kurang mengkomsumsi makanan yang mengandung yodium dan lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik serta memiliki pengetahuan
yang kurang mengenai GAKY, dari uraian diatas menunjukkan bahwa responden
memiliki banyak faktor resiko terjadinya GAKY sehingga dapat diperkirakan
benjolan yang dialami responden adalah tanda dari GAKY yang berupa pembesaran
kelenjar tiroid.
B. Saran
Praktikum
ini bertujuan untuk dapat melihat secara langsung permasalahan GAKY di daerah
endemik, sehingga diharapkan pada praktikum selanjutnya mahasiswa dapat
mewawancarai penderita yang telah dinyatakan positif GAKY dan telah mendapatkan
penanganan agar mahasiswa dapat lebih memahami masalah dan penanganan GAKY.
DAFTAR PUSTAKA
Brody, T. 1999. Nutritional
Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University of California at Berkeley,
California
DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium .
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Djokomoeldjanto, R. 1994. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Hal.
35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Dunn, JT,
1996. Iodine deficiency and thyroid
function. University of Virginia Health Sciences Centre. Merck European
thyroid Symposium, May 16 – 18, 1996. Warsaw. p. 1 – 6
Hetzel, BS,
1996. For a billion – the nature and magnitude of the iodine deficiency
disorder. In Hetzel BS, Pandav CS (eds). The conquest of iodine deficiency
disorder. 2 ed. Oxford UNIV Press. p. 18
Kodyat, B.
1996. Nutritional in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Program Directorate
of community Nutrition, Departemen Health, Jakarta
Muhilal, Jalal dan Hardinsyah. 1998. Angka
Kecukupan Gizi Rata – Rata yang Dianjurkan. Widyakarya Pangan dan
Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta.
Mus
Joko Ritanto, 2003. Faktor risiko
Kekurangan yodium pada anak SD di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Jurnal
GAKY Indonesia vol. 4. no. 2. April 2003. Pusat GAKY IDD Centre Semarang. hal.
14
Soehardjo. 1990. Petunjuk
Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Soeharyo,
dkk, 1996. Laporan Penelitian Survei
Pemetaan GAKY di Jawa Tengah. Kerja sama Tim Peneliti GAKY FK UNDIP dengan
Kanwil Depkes Prop Jateng Semarang. hal. 28 – 32
Supariasa,
I Dewa nyoman, 2002. Gangguan Akibat
Kurang Yodium (GAKY). Penilaian Status Gizi Penerbit Buku Kedokteran ECG
Jakarta. hal. 94 – 169
WHO,
2001. Assessment of iodine deficiency
disorders and monitoring their elimination. Aguide for Programme managers
Second edition. p. 35 – 45