BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata antibiotik diberikan
kepada produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam
jumlah amat kecil dapat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Alexander
pada tahun 1929, memperlihatkan bahwa suatu cawan agar yang diinokulasi dengan
staphylococcus aureus telah terkontaminasi oleh sejenis kapang dan bahwa koloni
kapang tersebut dikelilingi oleh suatu zone yang jernih menunjukan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri. Kapang tersebut setelah diidentifikasi
ternyata adalah sejenis penicillium maka fleming menamakan antibiotik iti
penisilin.
Penelitian sistematik pertama
yang menyelidiki serta mempelajari antibiotik dilakukan oleh A.Gratia dan
S.Dath sekitar tahun 1924. Penelitian tersebut menghasilkan penemuan
aktinomosin pada galur-galur aktinomisetes yang merupakan salah satu kelompok
utama bakteri penting yang terdapat dalam tanah. Aktinomisetin tidak pernah
digunakan untuk mengobati pasien tapi untuk melisis kultur bakteri dalam
pembuatan vaksin. Namun demikian, sejak 1940 banyak antibiotik kemoterapeutik
yang amat berharga telah di isolasi dari aktinomisetes .
Pada tahun 1939, Rene Dubos
telah mengisolasi dari tanah New Jersey suatu kultur Bacillus brevis yang
membentuk suatu substansi yang mampu mematikan banyak bakteri gram positif.
Ekstrak bebas sel yang diperoleh dari B. brevis ditemukan mengandung dua bahan
aktif, yang sekarang dikenal dengan nama gramisidin dan tirosidin. Keberhasilan
ini segera disusul oleh penemuan Streptomosin oleh Selman Waksman dan
rekan-rekan.
Sejak tahun 1940, beberapa
ribu substansi antibiotik telah di isolasi dan di identifikasi, tetapi hanya
sejumlah kecil dari antara nya telah terbukti bermanfaat untuk mengobati
penyakit,. Namun demikian, substansi efektif yang hanya sedikit jumlahnya itu
sudah mampu mengakibatkan perubahan radikal di bidang medis dalam usaha pengobatan
penyakit menular.
Antibiotik memiliki cara kerja
sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostatis, mekanisme
pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan
merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri
sebagai targetnya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis
protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat dan
menghambat sintesis metabolit esensial. (Staf Pengajar FK-UI,1994).
Beberapa agen yang merupakan desinfektan atau germisida yang mampu
mempengaruhi mikroorganisme, aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya.
Konsentrasi bahan kimia yang tinggi dapat menghambat, tetapi tidak mematikan
organisme disebut sebagai agen bakteriostatik. Produksi atau kekuatan
bakteriostatik tergantung pada kondisi medium dan sering kali pada tipe
organisme yang digunakan. Beberapa kondisi yang menyebabkan bakteriostatik
antara lain suhu rendah, sulfonamida, antibiotik, dan detergen.
Efek desinfektan harus mempengaruhi beberapa bagian sel yang vital.
Bagian sel yang paling rentan terhadap cara kerja desinfektan adalah membrane
sitoplasma, mitokondria, dan protein struktural yang terdapat dalam dinding sel.
Desinfektan tidak merusak semua mikroba, tetapi mengurangi potensial kontaminan
yang merugikan. Desinfektan dalam tingkat rendah dapat digunakan sebagai
antiseptic.
B.
Tujuan
-
Mengenal berbagai jenis antibiotic, antiseptic, dan
desinfektan
-
Mengetahui efektivitas suatu antibiotic, antiseptic,
dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
BAB II
MATERI DAN METODE
A.
Materi
1.
Uji
pengaruh antibiotik menggunakan kertas cakram
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain kertas cakram steril, pembakar bunsen, pinset, kapas
steril bertangkai, cawan petri,tabung reaksi dan inkubator. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah medium NA, dan antibiotik.
2.
Antiseptik
Alat yang digunakan antara
lain medium agar padat, pembakar bunsen, jempol tangan, inkubator. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu antis.
3.
Disinfektan
Alat yang diguanakan dalam
praktikum ini antara lain kapas steril bertangkai, alat penyemprot, pembakar
bunsen, meja, cawan petri, tabung reaksi
dan inkubator. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain alkohol,
pepton water, medium agar padat.
B.
Metode
1. Antibiotik
staphylococcus sp
- Kapas bertangkai steril
diimasukkan ke tabung reaksi yang berisi staphylococcus sp.
- Dilownkan secara merata ke cawan
petri yang berisi medium NA
- Kertas cakram ditetesi eritromycin
pada cawan petri, kemudian dengan menggunakan pinset dipindahkan ke cawan petri
yang sudah dimasukkan staphylococcus sp.
- Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37º
C
- Diukur zona hambatnya
2. Antiseptik
PW PW CV
- Kapas bertangkai dicelupkan ke dalam larutan
- Dioleskan ke jempol tangan
- Kemudian dilownkan ke medium seluas setengah cawan
(cawan sebelumnya telah dibagi 2 dengan spidol)
- Diambil lagi kapas bertangkai steril dan dimasukkan
ke dalam larutan PW
- Diulaskan ke jempol tangan yang sebelumnya telah
diberi antis
- Dilownkan ke medium dalam cawan seluas setengah
cawan bersebelahan dengan ulasan sebelum menggunakan antibiotic CV
- Sampel diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 370C
- dibandingkan jumlah koloni sebelum dan sesudah
menggunakan antiseptic
3. Desinfektan
|
|||||||||||||
PW
PW
Carbol
Kapas bertangkai dicelupkan ke dalam larutan PW
- Dioleskan ke meja
- Kemudian dilownkan ke medium seluas setengah cawan
(cawan sebelumnya telah dibagi 2 dengan spidol)
- Diambil lagi kapas bertangkai steril dan dimasukkan
ke dalam larutan PW
- Diulaskan ke meja yang sebelumnya telah diberi
alkohol
- Dilownkan ke medium dalam cawan seluas setengah
cawan bersebelahan dengan ulasan sebelum menggunakan alkohol
- Sampel diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 370C
- dibandingkan jumlah koloni sebelum dan sesudah
menggunakan desinfektan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Antibiotik
Tabel Pengamatan Uji Antibiotik
no
|
Isolat
|
Diameter
(mm)
|
Tetracycline
|
cephalotine
|
||||
Resistant
|
Intermediet
|
Syceptik
|
Resistant
|
Intermediet
|
Syceptik
|
|||
1
|
E.
coli
|
33
|
√
|
|||||
2
|
E.
coli
|
44
|
√
|
|||||
3
|
E.
coli
|
17.5
|
√
|
|||||
4
|
E.
coli
|
0
|
√
|
|||||
5
|
Staphilococcus
sp.
|
43
|
√
|
|||||
6
|
Staphilococcus
sp.
|
35
|
√
|
|||||
7
|
Staphilococcus
sp.
|
19
|
√
|
|||||
8
|
Staphilococcus
sp.
|
35
|
√
|
Pada media padat diameter zona hambatannya adalah 19 cm yang berarti termasukpada
susceptible atau bisa menghambat.
2.
Antiseptik
Pada cawan yang ditempel dengan jempol yang sudah
menggunakan antis terlihat koloni bakteri yang muncul lebih sebikit
dibandingkan dengan yang belum menggunakan antis.
3.
Disinfektan
Pada media yang belum disemprot dengan alcohol terlihat koloni bakteri
lebih banyak dibandingkan dengan yang sudah menggunakan alcohol.
Sebelum sesudah
B. Pembahasan
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Sifat toksisitas Zat antimikroba dapat bersifat
membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Desinfektan adalah bahan
yang paling banyak digunakan sebagai bahan anti mikroba yang dapat merusak
mikroorganisme dan hampir semua mikroorganisme yang bersifat patogen.
Desinfektan tidak terlalu penting pada proses sterilisasi suatu bahan karena
masih menyisakan spora hidup dan beberapa mikroorganisme lebih tahan hidup.
Desinfektan bersifat racun, maka hanya digunakan dalam dosis kecil.
Antiseptik adalah zat fisis atau kimiawi yang mencegah pembusukan,
infeksi, dan perubahan analog seperti pada makanan dan jaringan hidup dengan
menghancurkan atau menghentikan perkembangan mikroorganisme. Faktor yang
mempengaruhi efisiensi disinfektan dan antiseptik :
o
Waktu kontak
o
Suhu
o
Konsentrasi
o
pH
o
Jenis kotoran
Jenis antiseptik berdasarkan senyawa
aktif penyusunnya antara lain :
· Setrimid/klorheksidin
Glukonat (2-4%)
Hibiscrub, Hibitane
· Klorheksidin
Glukonat (2%)
Savlon
· Heksaklorofen
(3%)
pHisoHex yang tidak boleh digunakan pada selaput lendir
seperti mukosa vagina
· Kloroksilenol
(Para-kloro-metaksilenol atau PCMX)
Dettol yang tidak bisa digunakan untuk antisepsis vagina
karena dapat membuat iritasi pada selaput lendir yang akan mempercepat
pertumbuhan mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir
· Iodofor
(7,5-10%)
Betadine
· Alkohol
iodin
, Yodium tinktur
Jenis disinfektan berdasarkan senyawa aktif penyusunnya antara lain :
v Disinfektan yang berupa asam
1. Asam anorganik : HCl dan H2SO4
0,1 N ruangan tercemar tinja.
- Korosif tidak dianjurkan.
- Asam borat 2 – 5% jaringan kulit. Tidak merusak jaringan, namun daya hambat terhadap kuman rendah.
2. Asam organik : asam
salisilat, benzoat
v Disinfektan yang berupa alkali
1. Caustic soda/NaOH
(sodium hidrokside)
- Sangat aktif jika dicampur air panas
- Merusak cat, plitur dan tekstil
- Pada saat pemakaian perlu penggunaan sarung tangan, pakaian khusus dan sepatu karet.
2. CaO
(lime/Quiclime)
- Ditambah air, CaO menjadi Ca(OH)2 melarutkan Kuman
- Gamping desinfeksi lantai, halaman
3.
Khlorhexidine (Nolvasan-S)
kalsium
hipokhlorit, kaporit, Khloramin-T, Iodine-monokhloride
4.
Alkohol
· Mampu membunuh sel vegetatif bakteri dan jamur, tetapi tdk
sporosidal
· Alkohol sebagai desinfektan etil dan isopropil alkohol
· Keduanya efektif pada konsentrasi 70%.
· Konsentrasi > atau = 90%, < 50% efektifitas menurun
· Penurunan efektifitas pada alkohol 90% kurangnya jumlah
air.
· Pada alkohol < 50% kurangnya jumlah alkohol menurunkan
efektifitas
Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan sutu proses biokimia di dalam
organisme khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri atau virus. Pengunaan
bakteri khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap muatan atau transforman.
Mekanisme Kerja Antibiotik yang digunakan dalam praktikum ini adalah
eritromycin, tetracycline dan streptomycin. Eritromycin
ditemukan oleh Selman Waksman pada tahun 1952 di dalam produk metabolic suatu
galur Streptomyces erythereus yang
diisolasi dari tanah yang dikumpulkan di Philipina. Eritromisin tergolong dalam
kelompok kimiawi yang disebut antibiotic makrolide, anggota lainnya oleandomisin dan spiramisin. Cara kerja eritromisin dapat berinteraksi dengan sub
unit- sub unit ribosom sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam
sintesis protein.
Streptomycin, yang ditemukan oleh Selman Walksman dan Albert
Schartz serta kali pertama dilaporkan pada tahun 1944, adalah antibiotika yang
terhadapnya bakteri bisa memperoleh ketahanan. Streptomycin, seperti
sebuah kunci yang benar-benar pas dengan sebuah gembok, mencengkeram ribosom
suatu bakteri dan menghentikan kerjanya.
Tetracyclin adalah jenis antibiotik dengan spectrum luas yang sering
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit akibat bakteri seperti radang
tenggorokkan, diare, dan infeksi akibat bakteri yang lainnya.
Prosedur pengujian antibiotic antara lain :
- Kapas bertangkai steril
diimasukkan ke tabung reaksi yang berisi staphylococcus sp.
- Dilownkan secara merata ke cawan
petri yang berisi medium NA
- Kertas cakram ditetesi eritromycin
pada cawan petri, kemudian dengan menggunakan pinset dipindahkan ke cawan petri
yang sudah dimasukkan staphylococcus sp.
- Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37º
C
- Diukur zona hambatnya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas antibiotik antara lain :
1. pH lingkungan
Beberapa macam obat lebih aktif dalam pH
asam (misalnya nitrofurantoin), yang lain pada pH alkalis (misalnya
streptomisin, sulfonamida)
2. Komponen-komponen medium
Garam-garam sangat menghambat steptomisin.
PABA dalam ekstrak jaringan adalah antagonis dengan sulfonamida. Protein serum
mengikat penisilin dalam jumlah yang berbeda-beda, dari 40% untuk metisilin
sampai 96% untuk eksasilin. Metasilin adalah penisilin semisintetik yang
diberikan melalui suntikan.
3. Stabilitas obat
Ada
suhu inkubator, beberapa zat antibiotik kehilangan aktivitasnya. Klortetrasiklin
cepat menjadi nonaktif dan penisilin lebih lambat, sedangkan streptomisin,
kloramfenikol, dan polimiksin B stabil untuk waktu yang lama.
4. Takaran inokulum
Ada
umumnya semakin besar inokulum bakteri, maka kesensitifan organisme akan
semakin rendah. Populasi bakteri yang besar dapat menghambat tumbuhnya bakteri
lebih kurang cepat dan kurang sempurna daripada populasi yang lebih kecil.
Disamping itu, kemungkinan terjadinya mutan asistensi adalah lebih besar.
Semakin besar inokulum, darah
hambatan akan semakin kecil. Oleh karena itu, densitas dari inokulum harus
disesuaikan sedemikian rupa sehingga pertumbuhan koloni tampak bersatu dan
tidak sebagai filum yang berkesinambungan.
Oleh karena hasil pengujiannya
cara adalah difusi berbeda berdasarkan pada jumlah dan kondisi lingkungan
bakteri yang ditanam dan sukar dibakukan, maka perlu dievaluasi dengan cara
membandingkan dengan pengujian kontrol yang menggunakan organisme baku yang
telah diketahui sensitivitasnya.
5. Lamanya inkubasi
Dalam
banyak hal, mikroorganisme tidak terbunuh dalam waktu kontak yang pendek tetapi
hanya terhambat. Semakin lama berlanjutnya inkubasi, maka semakin besar pula
kemungkinan timbulnya mutan yang resistensi atau anggota populasi
bermultiplikasi, karena obat itu terurai.
6. Aktivitas metabolisme mikroorganisme
Pada
umumnya organisme yang sedang aktif dan cepat tumbuh lebih sensitif terhadap
aktivitas obat daripada yang sdang berada dalam fase istirahat. Mikroorganisme
yang sedang mempertahankan diri untuk tetap hidup (persister) dari segi
metabolisme adalah nonaktif dan dapat bertahan dalam waktu lama dalam kontak
dengan obat, meskipun organisme ini pada walnya sangat sensitif terhadap obat
tersebut. (Volk,1988)
Nilai efektifitas desinfektan dapat dihitung dengan
membandingkan jumlah coloni sebelum dan sesudah menggunakan desinfektan.
Keterangannya yaitu:
a.
Sangat efektif : tidak ada coloni bakteri sesudah
menggunakan desinfektan.
b.
Efektif : jumlah coloni sesudah menggunakan desinfektan
lebih sedikit dari jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan.
c.
Kurang efektif : jumlah coloni sesudah menggunkan
desinfektan sama dengan jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan.
d.
Tidak efektif : jumlah coloni sesudah menggunakan
desinfektan lebih banyak dari jumlah jumlah coloni sebelum menggunakan
desinfektan.
Berdasarkan hasil praktikum uji desinfektan menggunakan alkohol diperoleh
hasil bahwa jumlah coloni pada obyek meja lebih sedikit dari jumlah coloni
sebelum menggunakan desinfektan yang artinya, carbol bersifat efektif.
Uji
kekuatan antiseptic hampir sama dengan uji kekuatan desinfektan yang berbeda
hanya pada obyeknya yaitu, pada benda hidup seperti jempol tangan. Hasil yang
diperoleh dari uji kekuatan antiseptic menggunakan antis membuktikan bahwa
antibiotic tersebut efektif dalam mematikan bakteri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Beberapa contoh disinfektan
yaitu HCl dan H2SO4 0,1 N, asam salisilat, benzoat. Caustic soda/NaOH
(sodium hidrokside) ,CaO (lime/Quiclime) ,Khlorhexidine (Nolvasan-S) , Alkohol. Jenis-jenis antiseptic
yaitu Hibiscrub, Hibitane Savlonp, HisoHex, Dettol, iodin , Yodium
tinktur Betadine. Sedangkan contoh antibiotic yaitu eritromycin, tetracycline
dan streptomycin.
2.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik yaitu pH lingkungan Komponen-komponen mediumStabilitas
obatTakaran inokulum Aktivitas metabolisme mikroorganisme Lamanya inkubasi ,
sedangkan efektifitas disinfektan dan antiseptic tergantung pada suhu, pH,
waktu kontak dan jenis kotoran.
- Saran
1. Hendaknya berhati-hati dalam memilih jenis
antibiotika, terutama jika dipakai untuk pengobatan. Hal itu disebabkan tidak
semua antibiotika baik sebagai zat kemoterapeutik. Suatu antibiotik dapat
digunakan untuk kemoterapeutik bila toksisitasnya selektif, artinya dapat
menghambat mikroorganisme tetapi tidak beracun bagi inangnya.
2. Perlu dikembangkan antibiotik yang baru
dan berbeda unruk menggantikan antibiotika yang sudah tidak efektif lagi karena
adanya resistensi pada mikroorganisme terhadap antibiotika tersebut.
DAFTAR REFERENSI
Anonim.2009.http://kamussehat.blogspot.com/2008/05/antiseptik.html.Diakses
tanggal 14 Mei 2009
Pelczar, Micheal J, Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. jakarta
: UI Press.
Pelczar, Micheal J. 1958. Microbiology. New York : Mc grow-Hill Book
Company.
Prescott. 1999. Microbiology Fourth
Edition. Melboern : WCB Mc Grow-Hill Company.
Simth, Alice Lorraine. 1961. Carter’s
Principle Of Microbiology. St. Louis : The C. V. Mosby Company.
Staf Pengajar FK-UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Volk, Wesley. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.