Selasa, 03 April 2012

UJI SENSITIFITAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Kata antibiotik diberikan kepada produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil dapat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Alexander pada tahun 1929, memperlihatkan bahwa suatu cawan agar yang diinokulasi dengan staphylococcus aureus telah terkontaminasi oleh sejenis kapang dan bahwa koloni kapang tersebut dikelilingi oleh suatu zone yang jernih menunjukan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri. Kapang tersebut setelah diidentifikasi ternyata adalah sejenis penicillium maka fleming menamakan antibiotik iti penisilin.
Penelitian sistematik pertama yang menyelidiki serta mempelajari antibiotik dilakukan oleh A.Gratia dan S.Dath sekitar tahun 1924. Penelitian tersebut menghasilkan penemuan aktinomosin pada galur-galur aktinomisetes yang merupakan salah satu kelompok utama bakteri penting yang terdapat dalam tanah. Aktinomisetin tidak pernah digunakan untuk mengobati pasien tapi untuk melisis kultur bakteri dalam pembuatan vaksin. Namun demikian, sejak 1940 banyak antibiotik kemoterapeutik yang amat berharga telah di isolasi dari aktinomisetes .
Pada tahun 1939, Rene Dubos telah mengisolasi dari tanah New Jersey suatu kultur Bacillus brevis yang membentuk suatu substansi yang mampu mematikan banyak bakteri gram positif. Ekstrak bebas sel yang diperoleh dari B. brevis ditemukan mengandung dua bahan aktif, yang sekarang dikenal dengan nama gramisidin dan tirosidin. Keberhasilan ini segera disusul oleh penemuan Streptomosin oleh Selman Waksman dan rekan-rekan.
Sejak tahun 1940, beberapa ribu substansi antibiotik telah di isolasi dan di identifikasi, tetapi hanya sejumlah kecil dari antara nya telah terbukti bermanfaat untuk mengobati penyakit,. Namun demikian, substansi efektif yang hanya sedikit jumlahnya itu sudah mampu mengakibatkan perubahan radikal di bidang medis dalam usaha pengobatan penyakit menular.
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostatis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat sintesis metabolit esensial. (Staf Pengajar FK-UI,1994).
Beberapa agen yang merupakan desinfektan atau germisida yang mampu mempengaruhi mikroorganisme, aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya. Konsentrasi bahan kimia yang tinggi dapat menghambat, tetapi tidak mematikan organisme disebut sebagai agen bakteriostatik. Produksi atau kekuatan bakteriostatik tergantung pada kondisi medium dan sering kali pada tipe organisme yang digunakan. Beberapa kondisi yang menyebabkan bakteriostatik antara lain suhu rendah, sulfonamida, antibiotik, dan detergen.
Efek desinfektan harus mempengaruhi beberapa bagian sel yang vital. Bagian sel yang paling rentan terhadap cara kerja desinfektan adalah membrane sitoplasma, mitokondria, dan protein struktural yang terdapat dalam dinding sel. Desinfektan tidak merusak semua mikroba, tetapi mengurangi potensial kontaminan yang merugikan. Desinfektan dalam tingkat rendah dapat digunakan sebagai antiseptic.

B.     Tujuan

-          Mengenal berbagai jenis antibiotic, antiseptic, dan desinfektan
-          Mengetahui efektivitas suatu antibiotic, antiseptic, dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme






BAB II
MATERI DAN METODE
A.    Materi

1.                     Uji pengaruh antibiotik menggunakan kertas cakram
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain kertas cakram steril, pembakar bunsen, pinset, kapas steril bertangkai, cawan petri,tabung reaksi dan inkubator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah medium NA, dan antibiotik.
2.                  Antiseptik
Alat yang digunakan antara lain medium agar padat, pembakar bunsen, jempol tangan,  inkubator. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu antis.
3.                  Disinfektan
Alat yang diguanakan dalam praktikum ini antara lain kapas steril bertangkai, alat penyemprot, pembakar bunsen, meja, cawan petri, tabung reaksi  dan inkubator. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain alkohol, pepton water, medium agar padat.

B.  Metode

1. Antibiotik














staphylococcus sp                                                                                                                                                                                    
- Kapas bertangkai steril diimasukkan ke tabung reaksi yang berisi staphylococcus sp.
- Dilownkan secara merata ke cawan petri yang berisi medium NA
- Kertas cakram ditetesi eritromycin pada cawan petri, kemudian dengan menggunakan pinset dipindahkan ke cawan petri yang sudah dimasukkan staphylococcus sp.
- Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37º C
- Diukur zona hambatnya



2. Antiseptik















    
          PW                                                                        PW                                 CV
- Kapas bertangkai dicelupkan ke dalam larutan
- Dioleskan ke jempol tangan
- Kemudian dilownkan ke medium seluas setengah cawan (cawan sebelumnya telah dibagi 2 dengan spidol)
- Diambil lagi kapas bertangkai steril dan dimasukkan ke dalam larutan PW
- Diulaskan ke jempol tangan yang sebelumnya telah diberi antis
- Dilownkan ke medium dalam cawan seluas setengah cawan bersebelahan dengan ulasan sebelum menggunakan antibiotic CV
- Sampel diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 370C
- dibandingkan jumlah koloni sebelum dan sesudah menggunakan antiseptic
3. Desinfektan
























objek
 














 
           PW                                                                       PW                                   Carbol
Kapas bertangkai dicelupkan ke dalam larutan PW
- Dioleskan ke meja
- Kemudian dilownkan ke medium seluas setengah cawan (cawan sebelumnya telah dibagi 2 dengan spidol)
- Diambil lagi kapas bertangkai steril dan dimasukkan ke dalam larutan PW
- Diulaskan ke meja yang sebelumnya telah diberi alkohol
- Dilownkan ke medium dalam cawan seluas setengah cawan bersebelahan dengan ulasan sebelum menggunakan alkohol
- Sampel diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 370C
- dibandingkan jumlah koloni sebelum dan sesudah menggunakan desinfektan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil

1.      Antibiotik
Tabel Pengamatan Uji Antibiotik
no
Isolat
Diameter (mm)
Tetracycline
cephalotine


Resistant
Intermediet
Syceptik
Resistant
Intermediet
Syceptik
1
E. coli
33





2
E. coli
44





3
E. coli
17.5





4
E. coli
0





5
Staphilococcus sp.
43





6
Staphilococcus sp.
35





7
Staphilococcus sp.
19





8
Staphilococcus sp.
35






Pada media padat diameter zona hambatannya adalah 19 cm yang berarti termasukpada susceptible atau bisa menghambat.


2.      Antiseptik
Pada cawan yang ditempel dengan jempol yang sudah menggunakan antis terlihat koloni bakteri yang muncul lebih sebikit dibandingkan dengan yang belum menggunakan antis.

3.      Disinfektan
Pada media yang belum disemprot dengan alcohol terlihat koloni bakteri lebih banyak dibandingkan dengan yang sudah menggunakan alcohol.
 





           Sebelum                    sesudah

B.  Pembahasan

Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sifat toksisitas Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
            Desinfektan adalah bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan anti mikroba yang dapat merusak mikroorganisme dan hampir semua mikroorganisme yang bersifat patogen. Desinfektan tidak terlalu penting pada proses sterilisasi suatu bahan karena masih menyisakan spora hidup dan beberapa mikroorganisme lebih tahan hidup. Desinfektan bersifat racun, maka hanya digunakan dalam dosis kecil.
Antiseptik adalah zat fisis atau kimiawi yang mencegah pembusukan, infeksi, dan perubahan analog seperti pada makanan dan jaringan hidup dengan menghancurkan atau menghentikan perkembangan mikroorganisme. Faktor yang mempengaruhi efisiensi disinfektan dan antiseptik :
o    Waktu kontak
o    Suhu
o    Konsentrasi
o    pH
o    Jenis kotoran
Jenis antiseptik berdasarkan senyawa aktif  penyusunnya antara lain :
·       Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%)
Hibiscrub, Hibitane
·       Klorheksidin Glukonat (2%)
Savlon
·       Heksaklorofen (3%)
pHisoHex yang  tidak boleh digunakan pada selaput lendir seperti mukosa vagina
·       Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX)
Dettol yang  tidak bisa digunakan untuk antisepsis vagina karena dapat membuat iritasi pada selaput lendir yang akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir
·       Iodofor (7,5-10%)
Betadine
·       Alkohol
iodin , Yodium tinktur
Jenis disinfektan  berdasarkan senyawa aktif  penyusunnya antara lain :
v  Disinfektan yang berupa asam
1. Asam anorganik : HCl dan H2SO4 0,1 N ruangan tercemar tinja.
  • Korosif tidak dianjurkan.
  • Asam borat 2 – 5% jaringan kulit. Tidak merusak jaringan, namun daya hambat terhadap kuman rendah. 
2. Asam organik : asam salisilat, benzoat
v  Disinfektan yang berupa alkali
1. Caustic soda/NaOH (sodium hidrokside)
  • Sangat aktif jika dicampur air panas
  • Merusak cat, plitur dan tekstil
  • Pada saat pemakaian perlu penggunaan sarung tangan, pakaian khusus dan sepatu karet.
2. CaO (lime/Quiclime)
  • Ditambah air, CaO menjadi Ca(OH)2 melarutkan Kuman 
  • Gamping desinfeksi lantai, halaman
3. Khlorhexidine (Nolvasan-S)
kalsium hipokhlorit, kaporit, Khloramin-T, Iodine-monokhloride  

4. Alkohol
·       Mampu membunuh sel vegetatif bakteri dan jamur, tetapi tdk sporosidal
·       Alkohol sebagai desinfektan etil dan isopropil alkohol
·       Keduanya efektif pada konsentrasi 70%.
·       Konsentrasi > atau = 90%, < 50% efektifitas menurun
·       Penurunan efektifitas pada alkohol 90% kurangnya jumlah air.
·       Pada alkohol < 50% kurangnya jumlah alkohol menurunkan efektifitas
Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan sutu proses biokimia di dalam organisme khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri atau virus. Pengunaan bakteri khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan  rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap muatan atau transforman.
Mekanisme Kerja Antibiotik yang digunakan dalam praktikum ini adalah eritromycin, tetracycline dan streptomycin. Eritromycin ditemukan oleh Selman Waksman pada tahun 1952 di dalam produk metabolic suatu galur Streptomyces erythereus yang diisolasi dari tanah yang dikumpulkan di Philipina. Eritromisin tergolong dalam kelompok kimiawi yang disebut antibiotic makrolide, anggota lainnya oleandomisin dan spiramisin. Cara kerja eritromisin dapat berinteraksi dengan sub unit- sub unit ribosom sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam sintesis protein.
Streptomycin, yang ditemukan oleh Selman Walksman dan Albert Schartz serta kali pertama dilaporkan pada tahun 1944, adalah antibiotika yang terhadapnya bakteri bisa memperoleh ketahanan. Streptomycin, seperti sebuah kunci yang benar-benar pas dengan sebuah gembok, mencengkeram ribosom suatu bakteri dan menghentikan kerjanya.
Tetracyclin adalah jenis antibiotik dengan spectrum luas yang sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit akibat bakteri seperti radang tenggorokkan, diare, dan infeksi akibat bakteri yang lainnya.
Prosedur pengujian antibiotic antara lain :
- Kapas bertangkai steril diimasukkan ke tabung reaksi yang berisi staphylococcus sp.
- Dilownkan secara merata ke cawan petri yang berisi medium NA
- Kertas cakram ditetesi eritromycin pada cawan petri, kemudian dengan menggunakan pinset dipindahkan ke cawan petri yang sudah dimasukkan staphylococcus sp.
- Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37º C
- Diukur zona hambatnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik antara lain :
1.      pH lingkungan
      Beberapa macam obat lebih aktif dalam pH asam (misalnya nitrofurantoin), yang lain pada pH alkalis (misalnya streptomisin, sulfonamida)
2.      Komponen-komponen medium
      Garam-garam sangat menghambat steptomisin. PABA dalam ekstrak jaringan adalah antagonis dengan sulfonamida. Protein serum mengikat penisilin dalam jumlah yang berbeda-beda, dari 40% untuk metisilin sampai 96% untuk eksasilin. Metasilin adalah penisilin semisintetik yang diberikan melalui suntikan.
3.      Stabilitas obat
            Ada suhu inkubator, beberapa zat antibiotik kehilangan aktivitasnya. Klortetrasiklin cepat menjadi nonaktif dan penisilin lebih lambat, sedangkan streptomisin, kloramfenikol, dan polimiksin B stabil untuk waktu yang lama.
4.      Takaran inokulum
            Ada umumnya semakin besar inokulum bakteri, maka kesensitifan organisme akan semakin rendah. Populasi bakteri yang besar dapat menghambat tumbuhnya bakteri lebih kurang cepat dan kurang sempurna daripada populasi yang lebih kecil. Disamping itu, kemungkinan terjadinya mutan asistensi adalah lebih besar.
Semakin besar inokulum, darah hambatan akan semakin kecil. Oleh karena itu, densitas dari inokulum harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pertumbuhan koloni tampak bersatu dan tidak sebagai filum yang berkesinambungan.
Oleh karena hasil pengujiannya cara adalah difusi berbeda berdasarkan pada jumlah dan kondisi lingkungan bakteri yang ditanam dan sukar dibakukan, maka perlu dievaluasi dengan cara membandingkan dengan pengujian kontrol yang menggunakan organisme baku yang telah diketahui sensitivitasnya.
5.      Lamanya inkubasi
Dalam banyak hal, mikroorganisme tidak terbunuh dalam waktu kontak yang pendek tetapi hanya terhambat. Semakin lama berlanjutnya inkubasi, maka semakin besar pula kemungkinan timbulnya mutan yang resistensi atau anggota populasi bermultiplikasi, karena obat itu terurai.
6.      Aktivitas metabolisme mikroorganisme
Pada umumnya organisme yang sedang aktif dan cepat tumbuh lebih sensitif terhadap aktivitas obat daripada yang sdang berada dalam fase istirahat. Mikroorganisme yang sedang mempertahankan diri untuk tetap hidup (persister) dari segi metabolisme adalah nonaktif dan dapat bertahan dalam waktu lama dalam kontak dengan obat, meskipun organisme ini pada walnya sangat sensitif terhadap obat tersebut. (Volk,1988)
Nilai efektifitas desinfektan dapat dihitung dengan membandingkan jumlah coloni sebelum dan sesudah menggunakan desinfektan. Keterangannya yaitu:
a.              Sangat efektif : tidak ada coloni bakteri sesudah menggunakan desinfektan.
b.             Efektif : jumlah coloni sesudah menggunakan desinfektan lebih sedikit dari jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan.
c.              Kurang efektif : jumlah coloni sesudah menggunkan desinfektan sama dengan jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan.
d.             Tidak efektif : jumlah coloni sesudah menggunakan desinfektan lebih banyak dari jumlah jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan.
Berdasarkan hasil praktikum uji desinfektan menggunakan alkohol diperoleh hasil bahwa jumlah coloni pada obyek meja lebih sedikit dari jumlah coloni sebelum menggunakan desinfektan yang artinya, carbol bersifat efektif. 
            Uji kekuatan antiseptic hampir sama dengan uji kekuatan desinfektan yang berbeda hanya pada obyeknya yaitu, pada benda hidup seperti jempol tangan. Hasil yang diperoleh dari uji kekuatan antiseptic menggunakan antis membuktikan bahwa antibiotic tersebut efektif dalam mematikan bakteri.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
1.        Beberapa contoh disinfektan yaitu HCl dan H2SO4 0,1 N,  asam salisilat, benzoat. Caustic soda/NaOH (sodium hidrokside) ,CaO (lime/Quiclime) ,Khlorhexidine (Nolvasan-S) , Alkohol. Jenis-jenis antiseptic yaitu Hibiscrub, Hibitane Savlonp, HisoHex, Dettol, iodin , Yodium tinktur Betadine. Sedangkan contoh antibiotic yaitu eritromycin, tetracycline dan streptomycin.
2.        Faktor yang mempengaruhi  aktivitas antibiotik yaitu pH lingkungan Komponen-komponen mediumStabilitas obatTakaran inokulum Aktivitas metabolisme mikroorganisme Lamanya inkubasi , sedangkan efektifitas disinfektan dan antiseptic tergantung pada suhu, pH, waktu kontak dan jenis kotoran.

  1. Saran

1.      Hendaknya berhati-hati dalam memilih jenis antibiotika, terutama jika dipakai untuk pengobatan. Hal itu disebabkan tidak semua antibiotika baik sebagai zat kemoterapeutik. Suatu antibiotik dapat digunakan untuk kemoterapeutik bila toksisitasnya selektif, artinya dapat menghambat mikroorganisme tetapi tidak beracun bagi inangnya.
2.      Perlu dikembangkan antibiotik yang baru dan berbeda unruk menggantikan antibiotika yang sudah tidak efektif lagi karena adanya resistensi pada mikroorganisme terhadap antibiotika tersebut.








DAFTAR REFERENSI

Anonim.2009.http://kamussehat.blogspot.com/2008/05/antiseptik.html.Diakses tanggal 14 Mei 2009

Pelczar, Micheal J, Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. jakarta : UI Press.

Pelczar, Micheal J. 1958. Microbiology. New York : Mc grow-Hill Book Company.

Prescott. 1999. Microbiology Fourth Edition. Melboern : WCB Mc Grow-Hill Company.

Simth, Alice Lorraine. 1961. Carter’s Principle Of Microbiology. St. Louis : The C. V. Mosby Company.

Staf Pengajar FK-UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.

Volk, Wesley. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.