Selasa, 03 April 2012

UJI SEROLOGI


I.                   PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Menurut David (1990), sel-sel dalam suspensi seperti bakteri atau sel-sel darah merah biasanya mengaglutinasi ketika dicampur dengan antiserumnya. Aglutinasi menyediakan metode yang berurutan untuk mengidentifikasi variasi bakteri, jamur, dan tipe sel darah merah.
            Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki inang vertebrata menimbulkan respon kekebalan yang membawa kepada terbentuknya kekebalan padatan. Respon ini mengakibatkan pembe ntukan antibody spesifik yang beredar dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan jumlah sel-sel reaksi khusus yang disebut limfosit (Pelczar and Chan), 1988).
            Molekul antigen yang mungkin terdapat beberapa tempat di permukaannya yang dapat bereaksi secara khas dengan antibody, tempat ini disebut determinan antigen. Bahan yang mempunyai berat molekul rendah sehingga tidak dapat bersifat antigen, dan hanya dapat menimbulkan produksi antibody bila bahan ini bergabung dengan protein lain, kemudian dapat bereaksi secara khas dengan antibody itu disebut hapten (Staf Pengajar FKUI, 1994).
            Definisi yang lebih tinggi dari pengertian aantigen muncul melalui penemuan bahwa bakteri pasti memproses flagella, sehingga dua antigen dapat dibedakan yaitu antigen flagella dan antigen somatic atau antigen dinding bakteri (Flynn, 1966).
            Menurut Jawetz (1996), antibody yaitu protein yang diproduksi sebagai akibat pemberian suatu antigen dan mempunyai kemampuan untuk bergabung dengan antigen yang merangsang produksinya. Antigen yaitu suatu zat yang dapat dideteksi bila dimasukkan ke dalam tubuh hewan serta dapat menginduksi respon imun.
            Uji Widal dirancang secara khusus untuk membantu diagnosis demam typhoid dengan cara mengaglutinasikan basilus typhoid dengan serum penderita. Namun, istilah ini kadang-kadang diterapkan secara tidak resmi pada uji aglutinasi lain yang menggunakan biakan organisme yang dimatikan dengan panas selain Salmonella typhii (Pelczar and Chan, 1988).

  1. Tujuan

Mendeteksi bakteri penyebab pathogen salmonella thypii dengan uji serologi (uji widal)    













II.                MATERI DAN METODE
A.    Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah objek glass, mikropipet, tip.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah reagen widal (antigen Salmonella typhii H) dan serum (antibodi Salmonella typhii dari pasien).

B.Metode
Pengenceran 1:80, dibuat dengan cara memipet serum 20 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 20 x 1/1600 = 1/80
Pengenceran 1:160, dibuat dengan cara memipet serum 10 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 10 x 1/1600 = 1/160
 

Pengenceran 1:320, dibuat dengan cara memipet serum 5 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 10 x 1/1600 = 1/16


III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil

Hasil pengamatan untuk pengenceran 1/80 di peroleh hasil positif yaitu terdapat aglutinasi yang ditandai dengan gumpalan seperti pasir, yang berarti bahwa terjadi infeksi sedang sehingga dilanjutkan pada pengenceran berikutnya.
Hasil pengamatan pada pengenceran 1/160 menunjukkan adanya gumpalan seperti pasir yang berarti terjadi infeksi sedang dan dilanjutkan pengenceran berikutnya.
Pengenceran berikutnya yaitu pengenceran 1/320 juga menunjukkan hasil yang positif dengan adanya aglutinasi yaitu gumpalan yang seperti pasir, hal tersebut menunjukan adanya infeksi berat.

  1. Pembahasan

            Uji serologi adalah membedakan bakteri berdasarkan sifat-sifat antigeniknya. Uji serologi telah digunakan secara luas untuk diagnosis laboratories penyakit menular. Uji laboratories yang didasarkan pada reaksi antigen-antibodi memperluas keterampilan diagnostic para ahli klinik dan mempedomani usaha-usaha pengobatan. Uji serologi merupakan bagian yang besar dari teknik laboratories yang tersedia untuk membantu para ahli klinik. Uji serologi yang terpenting dan digunakan paling luas mencakup reaksi-reaksi aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen (Pelczar and Chan, 2005).
            Antibody (immunoglobulin) adalah sekelompok lipoprotein dalam serum darah dan cairan jaringan pada mamalia. Antibody memiliki lebih dari satu tempat pengkombinasian antigen. Kebanyakan antibody makhluk hidup mempunyai 2 tempat pengkombinasian yang disebut bivalen. Beberapa antibody bivalen dapat membenuk beraneka antibody yang mempunyai lebih dari 10 tempat pengkombinasian antigen (Volk Wheeler, 1998).
            Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat dalam manusia atau organisme multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibody terhadapnya dan dengan antibody itu antigen dapat bereaksi dengan khas. Sifat antigenik dapat ditentukan oleh berat molekulnya.. Salmonella dan jenis-jenis lainnya dalam family Enterobacteriaceae mempunyai beberapa jenis antigen, yaitu antigen O (somatic), H (Flagella), K (Kapsul) dan Vi (Virulen).
(Volk Wheeler, 1998).
            Antigen di dalam reaksi aglutinasi dapat berupa sel atau partikel, misalnya partikel latex yang permukaannya telah diresapi antigen yang dapat larut, ditambahkannya antibody yang homolog akan menyebabkan terjadinya aglutinasi atau penggumpalan, sehingga menghasilkan agregat kasat mata sel-sel itu, reaksi aglutinasi juga digunakan di dalam penggolongan dan penentuan tipe darah manusia (Pelezar and Reid, 1958).
            Reaksi widal adalah reaksi serum (sero-test) untuk mengetahui ada tidaknya antibody terhadap Salmonella typhii dengan jalan mereaksikan serum seseorang dengan antigen O, H, dan Vi dari laboratorium. Bila terjadi aglutinasi, maka reaksi widal positif, berarti serum orang trsebut mempunyai antibody terhadap Salmonella typhii, baik setelah vaksinasi, setelah sembuh dari penyakit tipus ataupun sedang menderita tipus. Reaksi widal negative artinya tidak memiliki antibody terhadap Salmonella typhii (tidak terjadi aglutinasi). Cara kerja reaksi widal digunakan 3 macam cara seri pengenceran yaitu:
1.        Pengenceran 1:80, dibuat dengan cara memipet serum 20 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 20 x 1/1600 = 1/80
2.        Pengenceran 1:160, dibuat dengan cara memipet serum 10 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 10 x 1/1600 = 1/160
3.        Pengenceran 1:320, dibuat dengan cara memipet serum 5 μL ditambah dengan 1 tetes (40 μL) reagen S. typhii H lalu dikocok selama 1 menit. apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibody adalah 10 x 1/1600 = 1/16

            Reaksi aglutinasi mempunyai prinsip yang sama dengan hubungan antigen-antibodi. Perbedaan yang penting adalah bahwa kompleks soluble tidak terbentuk pada aglutinasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi aglutinasi adalah ukuran partikel, kepadatan muatan elektrostatik permukaan, atau sifat-sifat imunokimia antibody derta keadaan fisikokomia tertentu. Proses aglutinasi fase pertama penyatuan antigen-antibodi terjadi seperti pada presipitin dan tergantung pada kekuatan ion, pH, dan suhu. Fase kedua, pembentukan kisi-kisi, tergantung pada penanggulangan gaya tiolak elektrostatik partikel-partikel. Aglutinasi sel darah merah, misalnya dalam sisi-sisi reseptor antigenic mungkin terletak pada cekungan yang dalam. Pada permukaan sel, antibody diikat kuat pada sisi reseptor pada satu sel. Pembentukan kisi-kisi tidak dapat terjadi sampai valensi reseptor bebasnya melekat pada antigen antara sel-sel yang berdekatan. Jika sel terpisah oleh gaya tolak, ujung bebas molekul antibody tidak akan mendekat ke antigen cukup rapat untuk membuat ikatan yang kuat. Gaya tolak dapat diatasi dengan metode fisik yang memaksa sel menjadi lebih dekat dengan semifugasi. Namun, dengaan beberapa system antigen-antibodi cara demikian ini tidak mempunyai pengaruh sehingga aglutinasi tidak dapat terjadi (Zmijewski and Bellanti, 1993).




















IV.             KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan

Uji serologi dapat digunakan untuk menentukan jenis kuman yang diasingkan dari penderita, serum darah yang mengandung antibody direaksikan dengan reagen widal sehingga terjadi aglutinasi. Berdasarkan hasil tes widal pada titer 1/80, 1/160 dan 1/320 menunjukkan terjadinya aglutinasi, ini menunjukkan bahwa penderita memiliki antibody terhadap Salmonella typhii atau dengan kata lain mengalami infeksi berat demam tifoid.

B.       Saran

            Sebaiknya dalam melakukan percobaan harus berhati-hati karena menggunakan serum bakteri penyebab pathogen, dan perhitungan waktu yang tepat agar tidak terjadi hasil yang menunjukan positif palsu atau negative palsu.



















DAFTAR REFERENSI


David, B.D. Renato. 1990. Microbiology 4th. London : Tippicoll Company.

Flynn, John E. 1966. The New Microbiology. USA : Mc Graw Hill.

Jawetz, Melnick & Adelberg. 1966. Microbiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran.

Pelczar and Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : UI Press.

Pelczar and Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : UI Press.

Staf Pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Volk, W. A, and Wheeler, M. F. 1984. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Zmijewski, C. M and Bellanti, J. A. 1993. Imunologi 3. Yogyakarta : UGM Press.



1 komentar: