Rabu, 22 Februari 2012

GAKY-MAGELANG-4


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia tidak dapat membuat unsur atau elemen yodium dalam tubuhnya sendiri, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh secara alamiah melalui serapan yodium yang terkandung dalam makanan serta minuman yang dikomsumsinya, oleh karena itu yodium termasuk dalam mikronutrien yang penting, meski kebutuhan yodium dalam tubuh sebenarnya sedikit namun apabiala komsumsinya tidak terpenuhi maka akan terjadi banyak gangguan yang mengancam  kesehatan manusia. 
Kekurangan yodium yang disebut GAKY (gangguan akibat kekurangan Yodium) hal ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain berupa pembesaran kelenjar  gondok dan hipotiroidi,
GAKY juga merupakan masalah   gizi   yang   menjadi   faktor penghambat pembangunan sumber daya manusia   karena   dapat  menyebab kan terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan terutama pada anak-anak.
Kekurangan yodium dalam tubuh manusia   berkaitan dengan  kandungan yodium dalam  tanah. Suatu wilayah menjadi kekurangan yodium disebabkan lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium sudah tidak ada, keadaan yang demikian menyebabkan hasil pangan dan air di daerah tersebut mempunyai kandungan yodium yang rendah, daerah yang mempunyai karakteristik seperti itu disebut sebagai daerah endemis GAKY.
Angka prevalensi yang masih tinggi mengakibatkan pentingnya  penelitian dan pemantauan yang lebih mendalam terhadap masalah ini. Sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan penanggulangannya secara tepat dan menurunkan angka prevalensi GAKI di wilayah Indonesia.




B.     Tujuan
a.       Tujuan Umum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui secara langsung penderita GAKY di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKY yang berada di magelang.
b.      Tujuan Khusus
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui. Permasalahan GAKY yang meliputi klasifikasi, faktor resiko terjadinya GAKY seperti faktor genetik, ekonomi, lingkungan, pengetahuan dan perilaku komsumsi makanan yang mengandung yodium dan makanan yang mengandung zat goitrogenik, serta cara mendiagnosis, pencegahan dan cara penanganannya di BP2 GAKY.

C.    Manfaat
a.       Bagi masyarakat:
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai GAKY, sehingga mereka dapat lebih memahami pentingnya yodium bagi kesehatan dan menggunakan garam beryodium untuk memasak. Hal tersebut dapat mengurangi angka prevalensi GAKY di masyarakat

b.      Bagi mahasiswa:
Melalui praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui permasalahan GAKY yang ada di masyarakat,,faktor risiko, pencegahan dan cara penanggulangannya. Sehingga dapat ikut berpartisipasi untuk meminimalkan masalah GAKY yang ada di masyarakat.

c.       Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat:
Meningkatnya pengetahuan mahasiswa mengenai GAKY akan memberi kesempatan mahsiswa untuk terjun ke lapangan dengan pengetahuan yang mencukupi ,sehingga mahasiswa dapat membantu jurusan kesehatan masyarakat dalam melakukan pengabdian pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Yodium
Yodium adalah bahan baku pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan tempat pembuatannya adalah di dalam kelenjar tiroid. Produksi Triiodotironine (T3) tergantung dari hormon tiroksin (T4). Pada kondisi defisiensi Yodium, Hyphothalamus akan merangsang produksi TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menstimulasi kelenjar tiroid memproduksi hormon T1, T2, T3, T4. Tiroid
beradaptasi pada saat defisiensi yodium tergantung fleksibilitas kelenjar tiroid pada setiap tahap metabolisme yodium dan pada kemampuan untuk meningkatkan efisiensi melalui stimulasi TSH. Besar variasi respon antar individu diukur dengan prevalensi gondok dan konsekuensi-konsekuensi lainnya (J. T. Dunn, 1996).
Yodide adalah elektron tunggal negatif sebagai komponen hormon tiroid pada mamalia. Hormon-hormon ini dibutuhkan selama pertumbuhan embrio dan untuk mengatur metabolisme rate dan memproduksi panas seumur hidup ( Tom Brody, 1994).
Yodium terdapat dalam makanan dalam bentuk yodide, yang secara umum berikatan dengan asam amino. Yodide diserap usus dengan cepat dan diasimilasi oleh kelenjar Tiroid untuk digunakan dalam produksi hormon Tiroid. Yodium merupakan bagian dari asam amino sebagai tyrosine yang tidak banyak disera ( Tom Brody, 1994).

B.  Pangan Sumber Yodium
Yodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan yodium   pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan yodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan yodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber yodium alamiah. Sumber lain yodium adalah garam dan air yang difortifikasi. (Picauly, 2002).
Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang kaya yodium dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok. Rata-rata kandungan yodium dalam bahan makanan  antara lain : ikan tawar 30 mg, ikan laut 832 mg, kerang 798 mg, daging 50 mg, susu 47 mg, telur 93 mg, gandum 47 mg, buah-buahan 18 mg, kacang-kacangan 30 mg dan sayuran 29 mg. 

C.  Kebutuhan Yodium
Menurut Picauly (2002), dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 – 150 mg perhari. yodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. Kecukupan yodium yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Kisaran umur
dosis
0 – 12 bulan
1-6 tahun
7-12 tahun
12-dewasa
Hamil
menyusui
50
90
120
150
200
200

Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi yodium tidak mencukupi  kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Picauly, 2002).

D.  GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus –menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan yodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme.
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium rendah.Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).

a.    Faktor Penyebab GAKY
  1. Faktor defisiensi yodium
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).

  1. Faktor Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994), bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis  suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai  makanannya dari daerah lain sebagai  penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti  daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik yodium.
  1. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan.  Salah satunya  adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1994). Goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari  akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Picauly, 2002).
Menurut Picauly (2002), goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung), kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro),  kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan  kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
  1. Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon.  Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas,  dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun (Djokomoeldjanto, 1994).

b.      Spektrum GAKY
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) disebabkan kekurangan
yodium pada saat tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Ibu hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai risiko abortus dan kematian bayi (Supariasa, dkk, 2002). Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium yaitu sebagai berikut :
Kretin endemik merupakan akibat defisiensi yodium berat pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Prevalensinya GAKY di daerah defisiensi yodium derajat berat berkisar antara 1-15 %. Kretin endemik umumnya lahir pada daerah defisiensi  yodium sangat berat dengan median UIE kurang dari 20 ug/l (Hetzel,1996)

c.       Parameter pengukuran status GAKY
1. TGR (Total Goiter Rate)
Total goiter rate atau gondok dapat diukur dengan cara palpasi.Pengukuran masa tiroid dengan palpasi adalah metode standar untuk menilai prevalensi GAKY. Ukuran tiroid lebih tepat pada penilain dasar berat ringannya GAKY dan juga berperan dalam penilaian dampak jangka panjang dari pemantaun program (WHO,2001).
Keuntungan metode Palpasi adalah tidak membutuhkan biaya mahal dan relatif mudah dilakukan oleh orang yang sudah di training dan tidak bersifat invasif. Klasifikasi grade palpasi gondok adalah sebagai berikut :



2. Yodium urin
Sebagian besar yodium yang diserap tubuh dapat dilihat di urin karena eksresi yodium urin menggambarkan asupan yodium harian. Secara individu eskresi yodium dapat berubah tergantung konsumsi makanan setiap hari. Studi menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi hari atau sewaktu pada anak atau orang dewasa merupakan penilaian adekuat nutrisi yodium pada populasi. (WHO, 2001).

3. Ultrasonografi
Metode ini aman tidak bersifat invasif. Hasil pemeriksaan sangat signifikan dibandingkan TGR dalam memonitor program kontrol yodium dimana volume Thyroid diharapkan mengecil. Di masa mendatang Ultrsonografi dipertimbangkan untuk digunakan secara luas untuk menilai GAKY (IDD) Berat alat antara 12-15 kg dengan panjang gelombang 7,5 MHz dan harga sekitar $ 15.000. Membutuhkan listrik dan operator terlatih. (WHO, 2001).

4.      Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon konsentrasi dari kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah, menurun bila T4 meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4 dalam darah dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada populasi umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi Meskipun pemeriksaan nilai TSH cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin sebagai data survey (WHO, 2001)
TSH pada bayi adalah indikator yang baik untuk kondisi defisiensi yodium. Kadar homon tiroid pada bayi mengandung yodium lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa ini karena pertukaran yodium yang tinggi. Pertukaran tinggi bukanlah hal yang berlebihan pada keadaan defisiensi yodium, sebab terjadi peningkatan stimulasi tiroid oleh TSH. Penyebab TSH meningkat pada bayi dengan keadaan defisiensi yodium adalah fenomena yang disebut Transient Hypertyrotopinemia.
d.      Penanggulangan GAKY
Penanggulangan defisiensi yodium telah dilakukan selama lebih dari 85 tahun yang lalu. Dimulai di Switzerland pada tahun 1921 dan di AS pada tahun 1924, hampir semua industri garam nasional diperintahkan untuk menambahkan yodium. Di India efektifitas program garam beryodium didemonstrasikan pada tahun 1950 pada studi Landmark oleh Vulimiri Ramalinyaswami.
Ketika penanggulangan garam beryodium mulai diterima pada tahun 1980 agensi Internasional seperti UNICEF mulai menekankan pemakaian garam beryodium disemua rumah tangga di seluruh dunia .
WHO (1993) menyatakan bahwa program pengendalian defisiensi yodium adalah fortifikasi garam dengan potassium iodate dan pemberian suplemen dengan kapsul minyak beryodium. Pemakaian garam beryodium diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat dan program kapsul minyak beryodium diperuntukkan pada kelompok yang spesifik seperti anak-anak dan ibu nifas (Mus Joko R,2003).
Penanggulangan GAKY di Indonesia secara nasional dimulai pada tahun 1974 melalui program:
1. Strategi jangka panjang dengan pemberian garam beryodium
(40 ppm).
2. Strategi jangka pendek dengan pemberian suntikan lipiodol setiap
4 tahun di daerah endemik berat dan sedang. Pada tahun 1992
sampai sekarang dilakukan distribusi kapsul minyak beryodium
(kapsul lipiodol) sebagai ganti suntikan lipiodol (Soeharyo, dkk).

Prioritas pemilihan wilayah penanggulangan GAKY seperti berikut :
 





Kapsul minyak beryodium diberikan satu kali setahun dengan kandungan 200 mg yodium. Kadar yodium dalam garam yang diperbolehkan dikonsumsi adalah 30 - 80 ppm. Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY) telah dilaksanakan dengan bantuan Bank Dunia sejak tahun 1997-2003 untuk mempercepat penurunan prevalensi GAKY melalui pencapaian konsumsi garam beryodium untuk semua (Universal Salt Iodization).
Program yang dilaksanakan:
1. Pemantauan status yodium masyarakat
2. Peningkatan konsumsi garam beryodium
3. Peningkatan pasokan garam beryodium
4. Distribusi kapsul minyak beryodium pada sasaran tepat




















BAB III
METODE PELAKSANAAN

A.    Waktu dan Tempat
Waktu
Praktikum ini dilakukan pada hari kamis- jum’at tanggal 19-20 Mei 2011.
Tempat
Praktikum ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang.

B.     Cara Pengambilan Data
Data diambil dari responden melalui wawancara langsung terhadap responden yang sedang memeriksakan diri untuk pertama kalinya di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI, sebagian data lain juga didapatkan dari Ayah responden yang saat itu menemani responden memeriksakan diri.Sedangkan data penunjang lain dan penjelasan mengenai status kesehatan responden didapat dari keterangan dokter yang memeriksa responden serta dari petugas-petugas lain di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI. Sedangkan data yang berupa dokumentasi diperoleh dari dokumen atau catatan pengunjung yang disebut rekam medik pasien di Balai pengobatan GAKY.

C.    Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan membuat rangkuman Langkah selanjutnya adalah penafsiran data.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Melalui wawancara langsung dengan responden dan ayah responden diperoleh hasil sebagai berikut:
Nama               : Anis Utami
Alamat                        : Kelayaran, Sidoagung, Tempuran, Magelang
Umur               : 17 tahun
Berat badan     : 50 kg
Tinggi badan   : 163 cm
Anak ke-2 dari 2 bersaudara
Anggota keluarga lainnya
No
Nama
Status
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
1.
Sawawi
Ayah
L
50 tahun
SMP
Pedagang
2.
Sumiati
Ibu
P
45 tahun
SMP
Pedagang
3.
Sigit Utomo
kakak
L
25 tahun
STM
Satpam
  • Pengeluaran per bulan
-     Pengeluaran pangan            :Rp.600.000,-
-     Pengeluaran non pangan     :Rp.450.000,-
-     Total                                   :Rp.1.050.000,-
·         Hasil palpasi    :
·         Grade          : 2
·         Tanda fisik      : Ada benjolan dan tyroid teraba
·         Keluhan awal  : munculnya benjolan
·         Hasil tes urin dan tes darah: Karena responden baru pertama kali memeriksakan diri sehingga  belum  melakukan tes darah maupun tes urin maka tidak ada hasil yang dapat diketahui
·         Status kesehatan : Responden tidak mempunyai penyakit lain selain GAKI
·         Riwayat keluarga : responden tidak memiliki keluarga lain dengan gangguan GAKY, mengalami lahir mati,cacat bawaan,keguguran, keterbelakangan mental ataupun kretin.
·         Pengetahuan responden tentang GAKY :
Responden tidak mengetahui tentang GAKY, tanda-tanda, maupun penyebabnya,responden memakai garam beryodium dan tahu cara menyimpan garam yang benar, namun responden tidak mengatahui manfaat dari garam beryodium dan berapa penambahan yodium yang baik dalam garam, responden juga tidak mengetahui tentang zat goitrogenik serta bahan makanan yang mengandung zat tersebut dan juga tidak mengetahui cara penanganan yang tepat untuk mengatasi GAKY.
·         Konsumsi makanan kaya yodium :
Responden biasanya mengkonsumsi bahan makanan kaya iodium dengan rincian sebagai berikut :
Ikan tawar    2 kali/minggu
Telur             1 kali/hari
Daging         1 kali/hari                            

Konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik :
Responden biasanya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat goitrogenik dengan rincian sebagai berikut :
Kubis/kol               2 kali/minggu             
Sawi                       2 kali/minggu             
Daun singkong      2 kali/minggu
Kacang tanah         4 kali/minggu       
Buncis                    2 kali/minggu






B.     Pembahasan
Langkah-langkah penanganan penderita GAKI di BP2 GAKI adalah sebagai berikut :
Pasien (biasanya merupakan rujukan dari puskesmas)
 
Pemeriksaan dokter
 
laboratorium
 
Bagian Gerak motorik kasar
 
Bagian Psikologi TumBang
 
 













1.      Pemeriksaan Dokter
Diagnosis dan pemeriksaan yang dilakukan dokter berdasarkan pada index score Wayne, responden diberi pertanyaan mengenai gejala yang baru timbul dan atau bertambah berat serta tanda-tandanya.
Hasil score wayne pada responden yaitu
·         Gejala
Skor untuk gejala yaitu 0 karena tidak ditemukan adanya gejala yang ada
·         Tanda
Tiroid teraba                +3
Bising tiroid                -2
Hiperkinetik                -2
Tremor jari                   +1
Tangan panas              -2
Tangan basah              -1
Jumlah skor               -3
Dari hasil tersebut maka dapat diperkirakan pasien menderita hipotiroid, pada pasien terdapat benjolan di leher dan tremor jari yang merupakan salah satu tanda dari hipotiroid, selain itu pasien juga tinggal di daerah endemik GAKY dan sering mengkomsumsi makanan-makanan yang mengandung zat goitrogenik, namun hal tersebut belum merupakan hasil akhir, perlu dilakukan tes laboratorium untuk memastikan perkiraan tersebut.

2.      Laboratorium
Setelah responden di diagnosis oleh dokter dengan menggunakan indeks wayne selanjutnya dirujuk ke laboratorium untuk dilakukan tes darah dan urin agar dapat diketahui secara valid status kesehatannya.
Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI di bagi menjadi dua laboratorium yaitu laboratorium untuk test darah dan urine serta laboratorium garam. Pada test darah dilakukan pemeriksaan serum sehingga dapat diketahui tingkat sekresi hormon T4, T3, TSH, TPO, FT3, FT4 dan Antiglobulin yang mempengaruhi kerja kelenjar tiroid. Untuk pemeriksaan klinis biasanya lebih terfokus pada nilai TSH dan T4. Hormon T4 memiliki sistem kerja yang berlawanan dengan hormon TSH. Nilai TSH normal adalah 0,3-6,2. Apabila nilai TSH < 30 maka orang tersebut menderita hipotyroid sedangkan apabila nilai TSH dalam darah < 6,2 maka orang tersebut menderita hipertyroid.
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan test laboratorium diantaranya adalah dry bag, spektrofotometri, mikropeptida dan ELISA reader. Air yang biasa digunakan untuk berbagai pemeriksaan adalah akuades bebas ion, hal ini disebabkan agar bahan yang akan di test tidak terkontaminasi senyawa lain. 
Test garam meliputi 2 aspek, yaitu pemeriksaan kualitatif dan pemeriksaan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif menggunakan reagent iodinat test, apabila hasilnya berubah menjadi warna ungu maka garam tersebut memenuhi syarat, iodinat test mudah didapatkan di apotek sehingga tes tersebut tergolong mudah dilakukan namun hasilnya kurang valid karena penilaian warna setiap orang dapat berbeda-beda. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif menggunakan iodiummetri dengan reagent amilum kemudian dilakukan proses titrasi.
Test urine dilakukan dengan metode UIE. Hasil normal adalah 100-300, apabila <100 maka didiagnosis mengalami hipotyroid sedangkan apabila >300 maka didiagnosis mengalami hipertyroid. Namun hasil diagnosis test urine belum kuat untuk menyatakan seseorang mengalami gangguan pada kelenjar tiroidnya karena tes urin hanya menggambarkan komsumsi yodium dalam satu hari sebelum tes tersebut dilakukan, tes urin hanya dilakukan untuk menggambarkan komsumsi yodium pada populasi.
Responden merupakan pasien baru yang baru pertama kali datang ke BP2 GAKY sehingga belum diketahui hasil tes laboratorium dari responden karena responden baru dirujuk untuk melakukan tes laboratorium tersebut.

3.      Bagian Psikologi Tumbuh Kembang dan Gerak Motorik Kasar
Bagian psikologi tumbang merupakan bagian dari klinik BP2 GAKY yang menerima rujukan klinik dari dokter, pasien yang dirujuk merupakan pasien GAKY yang mengalami permasalahan psikologi, penanganan yang dilakukan di bagian psikologi tumbang ini antara lain adalah pemberian konseling pada orang tua mengenai cara-cara stimulasi yang bisa dilakukan untuk menangani anak yang memiliki permasalahan psikologi akibat GAKY.
Bagian gerak motorik kasar juga menerima rujukan dari dokter pasien yang dirujuk yaitu pasien yang mengalami gangguan gerak motorik kasar, pasien yang dirujuk mencakup pasien anak-anak dan juga dewasa, penanganan yang dilakukan yaitu dengan alat yang menggunakan sinar laser. Dari pemeriksaan dokter yang dilakukan pada responden diketahui bahwa responden tidak mengalami gangguan motorik kasar serta masalah psikologi oleh karena itu responden tidak dirujuk ke bagian psikologi tumbuh kembang dan bagian gerak motorik kasar.

Responden merupakan satu-satunya anggota keluarga yang diduga mengalami GAKY, tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami gejala GAKY, cacat bawaan, keterbelakangan mental maupun kretin. Responden datang ke klinik BP2GAKY karena muncul benjolan pada daerah lehernya sehingga tante responden menyarankannya untuk memeriksakan diri ke BP2GAKY.
Orang tua responden memiliki total penghasilan sebesar Rp. 1.050.000,00 Per bulan pekerjaan orangtua responden adalah pedagang daging sapi di pasar, sehingga responden sering mengkomsumsi daging. Pendidikan responden adalah SMA namun pengetahuan responden mengenai GAKY sangat buruk ia tidak mengetahui apa itu GAKY, penyebab GAKY, tanda-tanda GAKY dan cara penanggulangan GAKY, meskipun responden memakai garam beryodium serta tahu cara menyimpan garam beryodium yang baik namun responden tidak mengetahui manfaat dari garam beryodium, responden juga tidak mengetahui tentang zat goitrogenik serta makanan yag mengandung zat goitrogenik.
Responden sangat suka mengkonsumsi kacang dan sayur-sayuran. Dan tidak menyukai ikan laut ,ikan asin,udang, kerang, cumi rumput laut, kepiting, susu yang merupakan bahan-bahan makanan yang banyak mengandung yodium. Padahal konsumsi yag tepat terhadap bahan makanan yang mengandung yodium dapat mencegah seseorang menderita GAKY. Makanan kaya yodium yang dikomsumsi responden hanya ikan tawar yang dikomsumsi 2x dalam seminggu, telur dan daging yang dikonsumsi 1x per hari. Sedangkan makanan yang mengandung zat goitrogenik yang biasa di konsumsi responden adalah kubis atau kol sebanyak 2 kali/minggu, sawi 2 kali/minggu, kacang tanah 4 kali/minggu, dan daun singkong sebanyak 2 kali/minggu. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik dapat menghambat penyerapan yodium dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan terjadi GAKI.

Dari kuisioner pengetahuan tentang GAKY dilakukan pembobotan.
No.
Pertanyaan ke-
Jawaban
Skor
1.
Pertanyaan 1
Tidak
0
2.
Pertanyaan 2
Tidak
0
3.
Pertanyaan 3
Tidak
0
4.
Pertanyaan 4
Ya
1
5.
Pertanyaan 5
tidak
0
6.
Pertanyaan 6
Tidak
0
7.
Pertanyaan 7
Tertutup di toples
1
8.
Pertanyaan 8
Tidak
0
9.
Pertanyaan 9
Tidak
0
10.
Pertanyaan 10
tidak
0

Catatan: keterangan pertanyaan dapat di lihat pada lampiran hasil kuisioner
Total skor:    0-3   = pengetahuan kurang
                     4-6   = pengetahuan sedang
                     7-10 = pengetahuan baik
 Hasil pembobotan mendapat total skor 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai GAKY. Tingkat pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian GAKY. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah maka memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami GAKY, sedangkan seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki risiko kecil untuk mengalami GAKY. Karena pengetahuan responden mengenai GAKY kurang, maka ada pengaruhnya terhadap masalah GAKY yang dialami responden.
Merujuk pada data dan pengamatan yang dilakukan maka dapat diperkirakan responden mengalami hipotiroid,  hal ini didasarkan pada tanda yang timbul pada responden yaitu benjolan di daerah leher,selain itu responden juga tinggal di daerah endemik serta kurang mengkomsumsi makanan yang mengandung yodium dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik serta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai GAKY, dari uraian diatas menunjukkan bahwa responden memiliki banyak faktor resiko terjadinya GAKY sehingga dapat diperkirakan benjolan yang dialami responden adalah tanda dari GAKY yang berupa pembesaran kelenjar tiroid, namun hal tersebut belum dapat dipastikan karena belum adanya diagnosis laboratorium yang mendukung.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan
Yodium merupakan  mikronutrien yang penting karena tubuh tidak dapat membuatnya sendiri, apabila komsumsinya tidak terpenuhi maka akan terjadi banyak gangguan yang mengancam kesehatan manusia, kekurangan yodium disebut GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Kekurangan yodium dalam tubuh manusia   berkaitan dengan  kandungan yodium dalam  tanah, daerah yang memiliki tanah dengan kandungan yodium yang rendah di sebut dengan daerah endemik GAKY.
Yodium adalah bahan baku pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan tempat pembuatannya adalah di dalam kelenjar tiroid. Produksi Triiodotironine (T3) tergantung dari hormon tiroksin (T4). Yodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan Pangan asal laut merupakan sumber yodium alamiah. Sumber lain yodium adalah garam dan air yang difortifikasi, dengan mengkonsumsi pangan yang kaya yodium dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi GAKY. Menurut Picauly (2002), dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 – 150 mg perhari. yodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin.Kekurangan yodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme.
Praktikum yang dilakukan merupakan suatu study lapangan yang bertujuan untuk melihat langsung permasalahan GAKY di daerah endemik, praktikum dilakukan dengan wawancara dan pengambilan data sekunder sebagai penunjang dari petugas kesehatan di Balai Penelitian dan Pengembangan GAKY. Alur penanganan pasien yang datang ke BP2GAKY yaitu mulai dari pasien datang kemudian diperiksa oleh dokter, dokter dapat merujuk pasien ke laboratorium, bagian psikologi TumBang atau ke bagian gerak motorik kasar.
Responden merupakan pasien yang datang untuk pertama kalinya ke BP2GAKY sehingga belum dilakukan tes laboratorium yang dapat memastikan penyebab dari benjolan yang diduga disebabkan karena GAKY, dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diperkirakan responden menderita hipotiroid,  hal ini didasarkan pada tanda yang timbul pada responden yaitu benjolan di daerah leher,selain itu responden juga tinggal di daerah endemik serta kurang mengkomsumsi makanan yang mengandung yodium dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik serta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai GAKY, dari uraian diatas menunjukkan bahwa responden memiliki banyak faktor resiko terjadinya GAKY sehingga dapat diperkirakan benjolan yang dialami responden adalah tanda dari GAKY yang berupa pembesaran kelenjar tiroid.
B.  Saran
Praktikum ini bertujuan untuk dapat melihat secara langsung permasalahan GAKY di daerah endemik, sehingga diharapkan pada praktikum selanjutnya mahasiswa dapat mewawancarai penderita yang telah dinyatakan positif GAKY dan telah mendapatkan penanganan agar mahasiswa dapat lebih memahami masalah dan penanganan GAKY.














DAFTAR PUSTAKA

Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University of California at Berkeley, California

DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Djokomoeldjanto, R.  1994. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Dunn, JT, 1996. Iodine deficiency and thyroid function. University of Virginia Health Sciences Centre. Merck European thyroid Symposium, May 16 – 18, 1996. Warsaw. p. 1 – 6

Hetzel, BS, 1996. For a billion – the nature and magnitude of the iodine deficiency disorder. In Hetzel BS, Pandav CS (eds). The conquest of iodine deficiency disorder. 2 ed. Oxford UNIV Press. p. 18

Kodyat, B. 1996. Nutritional in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Program Directorate of community Nutrition, Departemen Health, Jakarta
Muhilal, Jalal dan Hardinsyah.  1998Angka Kecukupan Gizi Rata – Rata yang Dianjurkan.  Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta.

Mus Joko Ritanto, 2003. Faktor risiko Kekurangan yodium pada anak SD di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Jurnal GAKY Indonesia vol. 4. no. 2. April 2003. Pusat GAKY IDD Centre Semarang. hal. 14
Picauly, Intje. 2002. Iodium  dan  Gangguan  Akibat  Kekurangan  Iodium (gaki). http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/intje_picauly.htm. Diakses tanggal 25 Mei 2011

Soehardjo. 1990. Petunjuk Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi MasyarakatPAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Soeharyo, dkk, 1996. Laporan Penelitian Survei Pemetaan GAKY di Jawa Tengah. Kerja sama Tim Peneliti GAKY FK UNDIP dengan Kanwil Depkes Prop Jateng Semarang. hal. 28 – 32

Supariasa, I Dewa nyoman, 2002. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Penilaian Status Gizi Penerbit Buku Kedokteran ECG Jakarta. hal. 94 – 169

WHO, 2001. Assessment of iodine deficiency disorders and monitoring their elimination. Aguide for Programme managers Second edition. p. 35 – 45

 

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar